Page 95 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 95

86    Himpunan Policy Brief


                   Ketiga, terdapat variasi penulisan subyek hak, pada halaman Pendaftaran Pertama kolom
             f) Nama Pemegang Hak, dalam buku tanah dan sertipikat yaitu:
             a.  untuk Tanah Pekarangan Desa ditulis: “nama krama yang menggarap, diikuti kata: “KRAMA
                PENGAREP” serta nama dan kedudukan desa pakraman”; lihat Gambar 2.
             b.  untuk Tanah Ayahan Desa ditulis: “nama desa pakraman dan kedudukan desa pakraman”;
             c.  untuk Tanah Pura ditulis: “nama Pura dan nama desa pakraman”.


             Tanah Druwe Desa Sebagai: Warisan Budaya dan Perekat Kesatuan Adat di Bangli
             1.  Druwe Desa sebagai Warisan Budaya yang Patut Dilestarikan
                   Bali  dikenal  memiliki  kekayaan  budaya  dengan  segala  keanekaragaman  serta
             keunikannya,  salah  satunya  berupa  sistem  pengorganisasian  masyarakat,  yaitu  terdapat

             desa/kelurahan bentukan Pemerintah yang disebut desa dinas, disamping persekutuan hukum
             adat  yang  disebut  desa  pakraman.  Setiap  desa  pakraman  memiliki  tiga  unsur  yang  tidak
             terpisahkan yaitu: Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Aspek Parahyangan menyangkut
             nilai-nilai  sosial  religius  berwujud  fisik  seperti  bangunan  suci  pura.  Dilihat  dari
             kepemilikannya, pura dimiliki oleh kelompok pemaksan, milik desa pakraman, milik kelompok
             profesi  tertentu  (subak,  pedagang  di  pasar,  atau  nelayan),  dan  milik  masyarakat  umum.

             Pemeliharaan dan perawatan kebersihan dan kesucian pura dilakukan oleh pangempon secara
             insidentil melalui kewajiban ngayah dalam wujud kerja bakti bersih lingkungan atau  ngayah
             dalam bentuk iuran (urunan/punia), sebagai imbalan hak untuk menggunakan/memanfaatkan
             tanah milik desa pakraman.
                   Aspek Pawongan merupakan nilai-nilai (norma, etika, struktur sosial, stratifikasi sosial,

             prilaku, dan sistem ekonomi) terkait orang-orang atau krama yang beragama Hindu dalam desa
             pakraman. Krama desa/banjar pakraman yang berada di wilayahnya serta bertanggung jawab
             terhadap  pemeliharaan,  perawatan,  dan  pelaksanaan  kegiatan-kegiatan  upacara  di
             kahyangan/pura  tersebut.  Ketentuan  krama  lebih  lanjut  diatur  dalam  awig-awig  setiap  desa
             pakraman. Krama terdiri dari: a) Krama Ngarep, b) Krama Batan Paha, c) Krama Tapukan, d)
             Bala Angkep, dan e) Sekaa Teruna.

                   Aspek Plemahan menyangkut ruang atau tanah, sumberdaya air, hewan, tumbuhan dan
             kondisi  lingkungannya,  merupakan  wilayah  desa  berupa  tanah  druwe  desa  dan  karang  guna
             kaya.  Kepemilikan  tanah  yang  bernuansa  kebiasaan  masyarakat  di  Bali  terus  menerus,  dari
             masa  lalu  hingga  kini,  melahirkan  regulasi  lokal  tanah  Druwe  desa  yang  dimiliki  oleh
             komunitas  masyarakat  adat  secara  kolektif.  Berdasarkan  status  dan  fungsinya,  Druwe  Desa

             dikategorikan  menjadi:  a)  Tanah  Pekarangan  Desa  (PkD);  b) Tanah  Ayahan  Desa  (AyDs);  c)
             Tanah Pura (laba pura dan bangunan pura); dan d) Tanah Druwe Desa (arti sempit).
                   Desa  Pakraman  dan  tanah  druwe  desa,  sebagai  warisan  budaya  merupakan  kekayaan
             budaya  yang  mempunyai  nilai  penting  bagi  pemahaman  dan  pengembangan  sejarah,  ilmu
             pengetahuan dan kebudayaan dalam kerangka memupuk kepribadian masyarakat dan bangsa.
             Agar kekayaan warisan budaya tersebut tidak semakin terdegradasi karena perubahan sosial,

             kondisi  sosial  dan  ekonomi,  perlu  pengelolaan  secara  proaktif.  Hak  ulayat  merupakan  hak
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100