Page 437 - Berangkat Dari Agraria
P. 437

414  Berangkat dari Agraria:
                  Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
             masyarakat sipil (CSO) pengusung reforma agraria. Misalnya, sejak
             2016 kepemimpinan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) sebagai
             organisasi gerakan reforma agraria dipimpin perempuan.

                 Lalu, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) penghimpun
             komunitas masyarakat  adat  se-Nusantara,  Wahana Lingkungan
             Hidup Indonesia (WALHI) sebagai organisasi gerakan lingkungan
             penyokong reforma agraria, dan, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
             Indonesia (YLBHI)  pembela hukum  struktural  yang membantu
             rakyat miskin, juga dipimpin perempuan. Masih banyak CSO dalam
             berbagai tema terkait reforma agraria dipimpin perempuan. Seperti
             Bina Desa yang memberdayakan masyarakat desa, KIARA pembela
             nelayan tradisional, dan Sawit Watch yang memantau perkebunan
             sawit, semuanya dipimpin kaum perempuan.
                 Sebelumnya, Mama  Aleta Baun  tokoh lingkungan  yang
             menggondol penghargaan The Goldman Environmental Prize 2013,
             untuk perjuangannya, bersama perempuan di Mollo, NTT melawan
             pertambangan marmer yang merusak lingkungan dan adat setempat
             sejak 1999.


             Perlawanan feminis
                 Meningkatnya  kepemimpinan  perempuan dalam gerakan
             reforma agraria  membawa angin  segar  bagi  perbaikan  strategi
             gerakan  sosial  yang mengedepankan  empati. Fenomena ini  bisa
             dianalisis dengan berbagai perspektif.

                 Pertama,  fenomena ini  merupakan hasil  oto-kritik kalangan
             gerakan  terhadap  kepemimpinan  laki-laki  dalam gerakan  sosial.
             Pergeseran peran lelaki dari gerakan sosial yang ditandai menguatnya
             gerakan politik praktis, mendorong banyak laki-laki pelaku gerakan
             sosial berpindah ‘perahu’ ke partai politik.

                 Kedua, hal ini merupakan hasil dari pendidikan panjang para
             aktivis  feminis  sebelumnya.  Pendidikan yang  dilakukan  tokoh-
             tokoh gerakan  sosial  pada era  Orde  Baru  hingga awal  reformasi
             berbuah manis. Kini makin banyak aktivis perempuan yang punya
             pengetahuan, keterampilan dan keberanian hingga mampu tampil
   432   433   434   435   436   437   438   439   440   441   442