Page 432 - Berangkat Dari Agraria
P. 432
BAB XI 409
Dinamika Jalan Kebudayaan
Mengutip Ivan Illich, Saleh menjelaskan hakikat pembelajaran
sebagai hasil dari partisipasi bersama dari suatu proses yang bagus
dan tanpa hambatan. Pendidikan dan sekolah yang mestinya jadi
sarana pembebasan, malah menjadi penjara penaklukan. Selama
16 tahun Sokola berkiprah menyelenggarakan gerakan pendidikan
ke berbagai pelosok yang penuh tantangan. Pendidikan harus
menjawab persoalan yang dihadapi sebuah komunitas (hlm xi-xiv).
Buku “Melawan Setan Bermata Runcing” ini ibarat menyibak
tabir dari buku karya Butet sebelumnya yang bertajuk “Sokola
Rimba” (Juni 2007). Publik luas mengetahui isi buku ini setelah
diangkat ke film layar lebar dan sempat menggetarkan jagat
perfilman (November 2013).
Buku dan film ini bersumber pada kisah nyata yang dilakoni
Butet Manurung bersama Dodi Rokhdian dan kawan-kawan dalam
mempraktekkan pendidikan alternatif penuh kejutan yang khas
antropologi bagi Orang Rimba di pedalaman Jambi, Sumatera.
Bagi penggali antropologi pada umumnya, pendidikan
ditempatkan sebagai bagian dari sistem pengetahuan sebagai
unsur kebudayaan yang bersifat universal. Dalam buku ini, Butet
menekankan bahwa selama alam sekitar masih ada, selama itu pula
kebudayaan akan operasional bagi kehidupan dan mengukuhkan
identitas komunitas.
Dalam kontek perubahan, sekolah atau pengetahuan baru Sokola
mengisi kemampuan beradaptasi itu, sambil tetap menghargai
proses transfer pengetahuan lokal yang selama ini ada. Pendidikan
sebagai strategi adaptasi budaya.
Bagi Sokola, sekolah harus menjadi pusat kegiatan komunitas.
Sekolah harus menjadi bagian dari kehidupan suatu masyarakat dan
terhubung dengan permasalahan sehari-hari. Sokola itu organisasi
maju berasa klasik.
Sokola berbadan hukum perkumpulan yang fokus pada layanan
program pendidikan “kontekstual” untuk kelompok masyarakat
adat di Indonesia yang tak terakses atau tak mau mengakses sekolah