Page 434 - Berangkat Dari Agraria
P. 434
BAB XI 411
Dinamika Jalan Kebudayaan
Untuk mengenal lebih dekat, profil program pendidikan Sokola,
meliputi: Sokola Wailago di Sikka, NTT (2006-2016); Sokola Kajang
di Bulukumba, Sulsel (2007-2014); Sokola Tayawi di Halmahera,
Maluku Utara (2007-2009); Sokola Asmat di Asmat, Papua (2014-
2016); Sokola Kaki Gunung di Jember, Jatim (2019-sekarang);
Sokola Pesisir di Makassar, Sulsel (2004-sekarang), dan; Sokola
Pascabencana di Aceh, Garut, Yogyakarta, Klaten dan Pariaman.
Pendekatan dialogis
Bagian penting buku ini terletak pada pendekatan dialogis yang
diterapkan dalam praktik Sokola. Komunitas sebagai subyek dan
pendidikan yang aktual dihidangkan dengan metoda dekonstruktif-
rekonstruktif dan dialektik. Dijelaskan juga voluntarisme untuk
perubahan. Belajar dari Orang Rimba sebagai kelompok pemburu
dan peramu telah melestarikan trandisi komunal dengan ikatan-
ikatan solidaritas yang kuat.
Adapun istilah relawan atau volunter tak dikenal di Rimba
karena orang sudah terbiasa saling membantu. “Live in” atau
tinggal bersama, yang awalnya merupakan siasat menghemat biaya
operasional, lalu berkembang menjadi strategi pokok setiap program
Sokola. Sebuah penemuan unik, transformasi dari keterpaksaan
menjadi pilihan sadar yang justru menjadi utama.
Demikian halnya dengan ikatan-ikatan kebersamaan di
komunitas sebagai nilai gotong-royong yang mengakar kuat di
Indonesia. Jika seorang volunter ingin membuat perubahan, maka
ia harus datang, melihat dari dekat, dan mendengar langsung
persoalan yang dihadapi komunitas dari sudut pandang komunitas.
Ini prinsip voluntarisme Sokola.
Pemahaman tentang komunitas didapat dari asesmen awal dan
berjaringan dengan pihak lain untuk mempermudah menjalankan
kegiatan bersama komunitas. Hal ini memberi terang alur
pengorganisasian. Buku ini mengupas literasi dasar, literasi terapan,
pendidikan konstektual dan keberpihakan. Kader, organisasi dan
pengorganisasian Sokola juga diperkenalkan.