Page 433 - Berangkat Dari Agraria
P. 433

410  Berangkat dari Agraria:
                  Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
             formal karena alasan geografis atau kultural. Pemihakan Sokola pada
             kaum lemah nampak jelas.


             Posisi berdiri
                 Banyak kisah menarik  dalam buku ini. Misalnya  suatu hari,
             Butet ditanya anak Orang Rimba: “Ibu Guru, apa guna kami bisa
             membaca dan menulis kalau hutan kami hancur juga? Apa gunanya
             pintar kalau hidup kami dipaksa oleh aturan Taman Nasional untuk
             keluar dari hutan?”. Pertanyaan kritis murid Sokola Rimba menjadi
             latar berdirinya Sokola.  Pendidikan  formal  tidak dapat membawa
             transformasi  sosial  yang  diharapkan.  Komunitas menjadi  pusat
             segala tujuan pembelajaran (hlm. 7-9).

                 Orang Rimba melihat pencaplok tanah yang pandai membaca
             dan menulis  seperti  setan bermata  runcing  yang menyeramkan
             (hlm. 240). Metafor yang teramat tragis ini kemudian menginspirasi
             judul buku ini. Posisi berdiri Sokola jelas bersama komunitas.

                 Secara rinci, buku ini mengupas literasi terapan yang di dalamnya
             berisi literasi dasar berupa kemampuan teknis membaca, menulis
             dan berhitung. Selanjutnya fungsionalisasi literasi untuk mengatasi
             persoalan kehidupan harian dan menguatkan identitas kultural.
                 Pengorganisasian dan  penguatan  internal ditujukan agar
             komunitas mampu mengorganisasikan diri dalam penyelenggaraan
             pendidikan dan  tahu cara  memecahkan  persoalan  hidupnya.
             Pendidikan  sebagai  alat  pemecah masalah menjadi  hal  yang  di
             kedepankan.
                 Sokola kemudian mengembangkan program pendidkan sejenis
             dari kelompok masyarakat lain di pelosok. Kriterianya, komunitas
             buta huruf  yang  dengan kondisi ketidakmampuannya  untuk
             membaca,  menulis  dan berhitung  tersebut mereka mengalami
             ketertindasan. Kriteria berikutnya kondisi lingkungan yang berubah
             yang berdampak tidak saja pada eksistensi kultural mereka, tetapi
             juga menjadi ancaman bagi sumberdaya alam dan pranata sosialnya.
             Kriteria terakhir, rasa sayang yang dimiliki oleh komunitas tersebut
             kepada adatnya (hlm. 22).
   428   429   430   431   432   433   434   435   436   437   438