Page 428 - Berangkat Dari Agraria
P. 428
BAB XI 405
Dinamika Jalan Kebudayaan
11.2. Penggerak Pendidikan Merdeka 121
Seleksi organisasi penggerak bagi peningkatkan kualitas guru,
kepala sekolah, dan tenaga pendidik yang dijalankan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berbuntut kontroversi.
Secara mengejutkan, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah
sebagai ormas terbesar menyatakan mudur dari program ini.
Program Organisasi Penggerak atau POP disinyalir pemimpin
ormas tersebut bermasalah dalam proses seleksi organisasi yang
dinilai layak sebagai penggerak. Pimpinan ormas menilai, seleksi
dilakukan tak transparan dan ada aroma kongkalikong dalam
penentuan pemenangnya. Pimpinan ormas menduga ada permainan
yang menguntungkan organisasi tertentu.
Dari 156 ormas yang lolos, ada Tanoto Foundation dan Putra
Sampoerna Foundation. Tapi keduanya mengklaim memakai skema
dana mandiri untuk Program Pintar Penggerak sebagai bagian dari
POP. Hal ini dibenarkan Kemendikbud.
Selain NU dan Muhammadiyah, Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) juga mundur. Kriteria pemilihan ormas POP
dinilai tidak jelas.
Organisasi Penggerak
Patut dicatat, pembiayaan POP tak sepenuhnya menggunakan
APBN karena terbuka opsi pembiayaan dari organisasi penggerak
secara mandiri. Hal ini jadi alasan peneguh Mas Menteri Nadiem
Makarim yang dinyatakan ke publik saat mengklarifikasi protes
sejumlah pimpinan ormas.
Maret 2020, POP dimulai sebagai bagian dari program Sekolah
Penggerak. POP menjadi andalan Kemdikbud guna menggenjot
peningkatan kualitas guru, kepala sekolah, dan tenaga pendidik
sebagai garda terdepan dunia pendidikan. Pelaksanaan POP
melibatkan ormas sebagai organisasi penggerak untuk menciptakan
sekolah-sekolah penggerak di Indonesia.
121 Suara Pembaruan, 12 Agustus 2020.