Page 462 - Berangkat Dari Agraria
P. 462
BAB XI 439
Dinamika Jalan Kebudayaan
Sadar bencana
Kita bisa menarik banyak pelajaran dari bencana alam untuk
mempersiapkan diri, keluarga, dan komunitas dalam menghadapi
bencana alam. Negeri ini rawan bencana alam. Faktor alamiah
yang ada di sekujur tubuh Tanah dan Air mudah memicu gempa
bumi. Potensi ini dikarenakan Indonesia adalah tempat pertemuan
lempeng bumi yang rawan memicu gempa bumi.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
Indonesia itu terletak di antara tiga pertemuan lempeng besar, yaitu:
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.
Pulau Bali dan sekitarnya merupakan bagian dari seismotektonik
Indonesia. Daerah ini dilalui jalur pegunungan Mediteranian dan
adanya zona subduksi akibat pertemuan antara Lempeng Eurasia
dan Lempeng Indo-Australia. Batas pertemuan ini berupa palung
lautan (Oceanic Trench) di sebelah selatan gugusan pulau Jawa, Bali,
dan Nusa Tenggara (7/8/2018).
Pergeseran yang terjadi di antara ketiga lempeng bumi tersebut
bisa memicu gempa bumi dahsyat. Dampaknya, masyarakat yang
hidup di bumi Nusantara ini menjadi masyarakat yang sewaktu-
waktu bisa menjadi korban dari pergeseran ketiga lempeng bumi
tersebut. Belum lagi, banyaknya gunung berapi yang aktif juga
menjadi ancaman serius letusannya sewaktu-waktu juga bisa memicu
bencana alam. Sekali gunung berapi “batuk”, mutahan lahar panas
yang ganas menerjang ladang, perkampungan, dan rumah-rumah
warga di sekitar gunung berapi tersebut. Kita ingat, bagaimana
Gunung Galunggung di Tasikmalaya meletus (1982). Debu tebal
menyembur hingga ke tempat yang sangat jauh dari gunung.
Bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang selalu sadar
bencana. Harus sadar penuh dan berkelanjutan dalam sistem
kognisinya bahwa mereka hidup di negeri rawan bencana: gempa
bumi, gunung api meletus, banjir, banjir bandang, longsor, tsunami,
dan lainnya.
Tugas pemerintah menyiapkan program, kegiatan, dan anggaran
yang memadai untuk membangkitkan, merawat, dan menggunakan