Page 492 - Berangkat Dari Agraria
P. 492
EPILOG 469
Jejak Pena Dengan Tiga Kekuatan
para pembaca memahami berbagai tulisannya itu dari kacamata
“persoalan-persoalan agraria”. Sepuluh topik bahasan berikutnya,
yakni soal isu politik, hukum, ekonomi, pertanian, hutan, desa,
ekologi, ideologi, pandemi, dan budaya, memang tidak dapat
dilepaskan dari “persoalan-persoalan agararia” itu. Sekilas, topik-
topik ini seperti tidak ada hubungan satu sama lainnya. Namun,
tentu saja itu adalah kesimpulan yang keliru.
Dengan format yang demikian, saya bersetuju dengan Juliantara
saat mengatakan Kembali ke Agraria, seperti halnya Berangkat
dari Agraria, sesungguhnya Kang Usep sedang menunjukkan
kompleksitas agenda reforma agraria. Terutama jika dihadapkan
pada persoalan masyarakat dan negara. Alih-alih sebagai (kumpulan)
tulisan yang mengulas tuntas dan jelas persoalan (gerakan) reforma
agraria sebagaimana yang diharapkan Bachriadi. 141
Toh, pasca Kembali ke Agraria, Kang Usep telah menulis buku
Setengah Abad Agraria Nasional (Bandung: Konsorsium Pembaruan
Agraria dan Badan Pertanahan Nasional, 2010). Buku ini cukup
menjawab harapan Bachriadi dimaksud.
Tiga kekuatan
Di mata saya, provokasi “akan memperhebat langkah” yang
disampaikan Juliantara sebagaimana dikutipkan di awal tulisan
ini, terwujud ke dalam pematangan tiga posisi – yang kemudian
memberinya tiga kekuatan -- yang diarungi oleh Kang Usep secara
sekaligus. Tiga posisi Kang Usep itu, jika dapat dikatakan begitu,
tentu saja mempengaruhi tulisan-tulisan dalam buku Berangkat dari
Agraria ini.
Kekuatan pertama, meski memilih metode penulisan ilmiah
popular, Kang Usep memiliki latar pendidikan yang cukup mumpuni.
Ia adalah sarjana antropologi (UNPAD, 1998) dan Magister Sosiologi
Pedesaan (IPB, 2012). Kedua program pendidikan tinggi yang
ditempuhnya ini telah membekalinya dengan pengetahuan ilmiah
141 Lihat: Dianto Bachriadi, 2010. “Epilog: Ketika Aktivis Menulis untuk Umum”, dalam Usep
Setawan, 2010. Kembali ke Agraria. Yogyakarta: Kerjasama Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional,
Konsorsium Pembaruan Nasional, dan Sajogyo Institute, hal. 468 & 470.