Page 245 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 245

Mochammad Tauchid

            hanya “kebon dalem” (kebun kepunyaan raja), kebun lainnya
            diberikan kepada rakyat dengan menyewa.


            e. Praneman
                Mulai 1 Juli 1904 (untuk distrik Prengguk mulai 1 April
            1905), semua kewajiban bekerja untuk kerajaan, raja, dan
            Patuh di Gunungkidul dihapuskan, kecuali penyerahan bahan-
            bahan pengeras jalan, dan menghadap pada waktu grebeg.
            Kewajiban untuk mengumpulkan batu dan bahan-bahan lain-
            nya untuk memperbaiki jalan dianggap tidak begitu berat dan
            masih diteruskan. Kewajiban grebeg tidak dapat dihapuskan
            karena dipandang dari sudut politik mengenai hubungan rak-
            yat dengan raja akan kurang baik akibatnya. Jadi yang diha-
            puskan, ialah:
            a. Kewajiban untuk membuat, memperbaiki, dan memelihara
              jalan-jalan, jembatan, tanggul dan rumah-rumah negeri,
            b. praneman kepada pegawai raja yang mengurus tanah,
            c. kewajiban jaga dan patroli.
                Untuk mengganti kewajiban ini, seseorang ditarik pajak ƒ
            6 untuk kenceng dan ƒ 2 buat indung (orang numpang) untuk
            distrik Prengguk ƒ 3,06 dan ƒ 1,20. Besarnya pajak di distrik
            Semanu dihitung tiap-tiap hari rodi dengan uang ƒ 0,039.
                Pendapatan pajak ini dipakai pengganti penghasilan
            kerajaan, raja dan pegawai-pegawai yang mendapat tunjangan
            (gaji) dengan hilangnya heerendienst dan cultuurdiensten.


            f. Pajak polisi
                Mulai 1 Januari 1895, uang “kontroliran” yang sudah sejak
            tahun 1884 diperluas untuk pegawai-pegawai polisi dan semua
            rumah-rumah penjagaan kerajaan dijalankan oleh tenaga-

            224
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250