Page 470 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 470
Masalah Agraria di Indonesia
tingan hutan sampai batas luas yang tidak lagi dapat dikurangi.
Mempertahankan luas hutan untuk kepentingan di atas,
tidaklah berarti tidak harus diadakan peninjauan kembali ke-
adaan hutan yang sekarang ada di Jawa, dihubungkan dengan
keadaan tanah pertanian.
Di samping banyaknya hutan yang dibabat selama perang
Jepang dan revolusi ini, terdapat tanah-tanah hutan yang me-
mang dapat dijadikan tanah pertanian, tetapi sebaliknya
banyak sekali tanah-tanah pertanian rakyat yang sesungguh-
nya sudah tidak baik lagi dipertahankan terus menjadi tanah
pertanian dan baik kalau dijadikan hutan.
Peninjauan ini untuk, kalau perlu dengan penyelidikan
yang seksama, tanah-tanah pertanian rakyat di beberapa tem-
pat diubah menjadi hutan, dan sebaliknya beberapa hutan
diubah menjadi tanah pertanian. Juga dalam akan mengem-
balikan bekas hutan menjadi hutan kembali (herbebossching)
harus diingat hal-hal ini. Tanah-tanah bekas hutan yang seka-
rang menjadi tanah pertanian, tetapi sesungguhnya tidak baik
harus dimasukkan dalam rencana reboisasi. Janganlah peng-
hutanan kembali (reboisasi) ini hanya sebagai usaha mengem-
balikan status yang lama, luas, macam dan tempatnya, dengan
tidak ada penyelidikan lebih lanjut tentang adanya beberapa
kemungkinan.
Berapa minimum luas hutan yang harus dipertahankan,
dan tidak dapat dikurangi lagi untuk kepentingan di atas (hid-
rologis, klimatologis, dan orologis), hal ini tidak dapat diten-
tukan dengan prosentasenya perhitungan luas dengan tidak
memperhitungkan keadaan dan sifat daerah-daerah itu. Ma-
sing-masing tempat yang keadaannya berbeda-beda (tanah
datar dan tanah-tanah pegunungan memerlukan perhitungan
449