Page 468 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 468
Masalah Agraria di Indonesia
Purwodadi 115 ha, Yogyakarta 537 ha, Pati 454 ha, Purwoker-
to 288 ha, dan Magelang 226 ha). Menurut ‘Mingguan
Ekonomi Indonesia’ tanggal 27 Maret 1948, hutan-hutan yang
ditebang sejak tahun 1942 di Jawa dan Madura: di Jawa Barat
hutan yang hilang sampai antara 400.000 - 500.000 ha. Se-
dang tambahan hutan baru (kayu yang ditanam) antara 1891-
1936 (45 tahun) adalah 360.000 ha.
Berhubung dengan itu, maka soal penghutanan kembali
(reboisasi) menjadi masalah nasional kita yang besar. Reboi-
sasi ini pertama kali perlu dijalankan terhadap tanah-tanah
yang sekarang tidak ada tumbuh-tumbuhannya dan tak subur
guna keperluan pertanian, seperti terdapat di:
1. Lereng gunung Ijen, beberapa puluh ribu ha.
2. Lereng utara dan timur gunung Semeru.
3. Lereng Timur Wilis.
4. Lereng Barat gunung Lawu.
5. Pegunungan Ponorogo Selatan dan Pacitan serta Trengga-
lek.
6. Gunung Sewu Surakarta, Yogyakarta (Bayat, Gunung Kidul).
7 . Pegunungan Menoreh (batas Yogyakarta dan Kedu).
8. Lereng Timur dan Utara gunung Sumbing.
9. Pegunungan sebelah Utara Kutoarjo, Kebumen, Karang-
anyar dan Gombong.
10.Pegunungan Kumbang.
11.Pegunungan antara gunung Cireme dan Sanggabuana (Ma-
jalengka, Nunuk), Pegunungan Kremeng (Cirebon).
12.Pegunungan sekeliling Bandung dan lain-lain yang luasnya
puluhan dan ratusan ribu ha.
Rancangan penghutanan ini sudah lama, dan sudah sejak
tahun 1931 oleh Gubernur Jenderal Pemerintah Hindia
447