Page 157 - Pengantar Hukum Tata Negara
P. 157
146 Dian Aries Mujiburohman
Gagasan hak asasi manusia yang berbasis pada pandangan
hukum kodrati itu mendapat tantangan serius pada abad 19. Edmund
Burke, orang Irlandia yang resah dengan Revolusi Perancis, adalah
salah satu di antara penentang teori hak-hak kodrati. Burke menuduh
para penyusun “ Declaration of the Rights of Man and of the Citizen”
mempropagandakan “rekaan yang menakutkan mengenai persamaan
manusia”. Deklarasi yang dihasilkan dari Revolusi Perancis itu
baginya merupakan “ide-ide yang tidak benar dan harapan- harapan
yang sia-sia pada manusia yang sudah ditakdirkan menjalani hidup
yang tidak jelas dengan susah payah.” Tetapi penentang teori hak
kodr y terk adalah Jeremy seor
utilitarian dari Inggris. Kritik Bentham yang mendasar terhadap
teori tersebut adalah bahwa teori hak-hak kodrati itu tidak bisa
dik dan div kebenaranny Bagaimana mung
mengetahui dari mana asal hak-hak kodrati itu, apa sajakah hak
itu dan apa isinya. Serangan dan penolakan kalangan utilitarian itu
kemudian diperkuat oleh mazhab positivisme, yang dikembangkan
belakangan dengan lebih sistematis oleh John Austin. Kaum positivis
berpendapat bahwa eksistensi dan isi hak hanya dapat diturunkan
dari hukum negara. Satu-satunya hukum yang sahih adalah perintah
dari yang berdaulat. Ia tidak datang dari “alam” atau “moral”. 275
Terlepas dari pendapat yang dikemukakan oleh kaum utilitarian
dan positivis terhadap teori hak-hak kodrati bahwa teori ini
mengilhami kemunculan gagasan hak asasi manusia di panggung
internasional telah menjadi tonggak munculnya gagasan hak asasi
manusia yang universal yang ditandai dengan banyaknya instrumen
hukum internasional mengenai perlindungan hak asasi manusia
melalui suatu perserikatan bangsa-bangsa (PBB).
275 Suparman Marzuki, Eko Riyadi, ed, Hukum Hak Asasi Manusia.
(Yogyakarta : Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam
Indonesia, 2008), hlm, 13.