Page 200 - Pengantar Hukum Tata Negara
P. 200

Pengantar Hukum Tata Negara  189


                  Pemilu 1955 dilaksanakan dengan asas: (a) Jujur, artinya bahwa
              pemilihan  umum   harus  dilaksanakan  sesuai dengan  peraturan
              perundangan yang berlaku, (b) Umum, artinya semua warga negara
              yang telah memenuhi persyaratan minimal dalam usia, mempunyai
              hak memilih dan dipilih (c) Berkesamaan, artinya bahwa semua warga
              negara yang telah mempunyai hak pilih, mempunyai hak suara yang
              sama, yaitu  masing-masing satu  suara, (d) Rahasia, artinya  bahwa

              pemilih dalam memberikan suara dijamin tidak akan diketahui oleh
              siapapun dan dengan cara apapun mengenai siapa yang dipilihnya, (e)
              Bebas, artinya bahwa setiap pemilih bebas menentukan pilihannya
              menurut  hati nuraninya, tanpa  ada  pengaruh, tekanan, paksaan
              dari siapapun dan dengan cara apapun, (f) Langsung, artinya bahwa
              pemilih  langsung memberikan  suaranya  menurut  hati nuraninya,
              tanpa perantara, dan tanpa tingkatan.

                  Landasan  hukum   yang digunakan   dalam  penyelenggaraan
              pemilihan umum 1955 adalah UUDS 1950 dan UU No. 7 Tahun 1953.
              Pemilu  tersebut  dilaksanakan  dalam  sistem  parlementer  dengan
              sistem multi partai. Ada dua alasan penting diadakan pemilu 1955,
              yaitu; a) untuk mengakhiri krisis kabinet yang silih berganti, b) akan
              dapat  menciptakan  parlemen  yang representatif  serta  mempuyai

              kekuatan moril dan sekaligus melakukan penyaringan partai-partai
              yang banyak jumlahnya. Bahkan Pemilu 1955 juga diharapkan bisa
              menghasilkan UUD baru penganti UUDS 1950 melalui konstituante
              hasil pemilu. 344

                  Peserta  pemilihan  umum  1955 tidak  hanya  diikuti oleh  partai
              politik, tetapi juga  diikuti oleh  organisasi maupun  perorangan.
              Pemilu  1955 untuk  memilih  anggota  Dewan  Perwakilan  Rakyat,
              diikuti 36 partai politik, 34 organisasi, dan 48 perorangan, sedangkan



              344  Abdul Mukhtie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi,
                  (Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
                  RI, 2006), hlm. 90.
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205