Page 116 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 116
yang berarti ikut merasakan penderitaan orang lain dalam perut sendiri.
Mengindikasikan perasaan haru (empati) yang mendalam terhadap
kerabat, tetangga atau sesama anggota kelompok sosial. Melambangkan
solidaritas, tidak hanya pada seseorang yang telah dipermalukan, namun
juga bagi siapa saja dalam kelompok sosial yang sedang dalam keadaan
serba kekurangan, berduka, mengalami musibah atau menderita sakit
keras. Passe’ bersama merupakan pengikat para anggota kelompok sosial,
sehingga berhubungan erat dengan identitas, diantara sesama orang
Bugis, terutama para pelaut atau perantau yang sedang berada di negeri
orang, passe’ menjadi dasar rasa memiliki identitas ”ke-Bugis-an”.
Selain kehormatan dan kekuasaan sebagai aspek yang mendasari
hubungan patron-klien, faktor ekonomi juga tidak kalah pentingnya.
Juga keterkaitan antara kekuatan politik dan kekuasaan atas lahan.
Jelasnya solidaritas kelompok atau passe’ yang juga melekat dalam sistem
patron-klien menjamin terjalinnya kohesi internal dalam suatu keluarga
atau kelompok sosial. Etnik Bugis selama berabad-abad juga mengenal
sebuah sistem yang mendukung terjadinya mobilitas sosial, persaingan
diantara mereka yang sederajat, kerjasama antar strata sosial dan integrasi
dalam berbagai kelompok yang biasanya tak memperhitungkan batas
wilayah ( Pelras, 2006). Suatu persaingan, bahkan dapat terjadi antar
anggota keluarga atau suatu kelompok pengikut, jika seorang lelaki
dalam suatu keluarga berhasil meraih prestasi, biasanya, saudara laki-
lakinya akan berusaha mencapai sesuatu yang lebih baik, demi siri’-nya
sendiri. Persaingan seperti itu memiliki arti penting sebagai pendorong
dilakukannya suatu usaha atau pergi merantau dalam rangka mencapai
keberhasilan di bidang ekonomi.
4.2 PATRONASE PERTAMBAKAN
Patronase merupakan suatu hal yang penting dalam masyarakat Bugis.
Kondisi seperti ini dapat dilihat langsung dari jalinan hubungan yang
berkembang dalam kegiatan pertambakan di kawasan Delta Mahakam
(lihat Lenggono, 2015). Seperti misalnya hubungan yang bersifat vertikal
Migran Bugis dan “Pertambakan Ilegal” 89