Page 122 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 122
secara teratur (akibat ketidakpastian hasil penen ataupun untuk menutupi
kebutuhan darurat rumah tangga), malahan menambah pinjamannya
pada sang patron. Keadaan ini tidak hanya mengkondisikan petambak
ataupun penjaga empang terikat hutang seumur hidup pada ponggawanya,
bahkan dapat memaksa anak keturunannya mewarisi hutang-piutang
tersebut. Hutang semacam ini biasanya tidak terhapus, walaupun yang
berhutang sendiri telah meninggal, kecuali ada kebijaksanaan dari sang
patron. Dalam kondisi seperti inilah seringkali seorang klien tidak berdaya
menghadapai ‘eksploitasi’ yang dilakukan patronnya. Misalnya kewajiban
menyerahkan semua hasil panennya pada sang patron dengan harga
di bawah standar. Bahkan sering juga terjadi dengan cara memberikan
potongan lebih besar dalam setiap transaksi penjualan hasil panen sebagai
kompensasi pembayaran hutang. Potongan ini belum termasuk komisi
penjualan bagi sang patron yang bisa mencapai 10 %.
Patron
Patron memberikan perlindungan
sosial dan ekonomi
Kadar resiprositas tinggi
Unsur patronase menguat
Status patron diberikan dengan lebih iklas
Klien memberikan sikap hormatnya
Tata Hubungan Patronase
Pertukaran Cenderung Sepadan
Garis Imajiner Kualitas/ Stabilitas Hubungan
Batas Toleransi
Pi b
Pertukaran Cenderung Berdasarkan Paksaan/ Eksploitatif
Klien menyerahkan dukungan
Kadar resiprositas berkurang tenaga, hasil produksi
Unsur patronase melemah
Unsur paksaan bertambah kuat
Status tergantikan kekuasaan
Sikap hormat berganti sikap tunduk
Klien
Klien
Gambar 4.1 Perimbangan Pertukaran Tata Hubungan Patronase
Migran Bugis dan “Pertambakan Ilegal” 95