Page 127 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 127
telah mengalami pergeseran. Para ponggawa tidak hanya memposisikan
dirinya sebagai kepala keluarga tradisional, tapi juga sebagai produsen
yang “memaksa” petambak-penjaga empang yang terikat padanya,
untuk memberikan kepastian pasokan udang yang dibutuhkan pasar
( Lenggono, 2004). Hal ini dilakukan untuk menjaga eksistensi kegiatan
usahanya, yang selalu menghadapi persaingan dengan pihak lain. Selain
menjaga keseimbangan perputaran dana segar – berupa hutang dari pihak
perusahaan eksportir atau bank – dengan pinjaman pada para petambak/
penjaga empang yang menjadi kliennya.
4.3.1 Pola Pengembangan Tambak Tradisional
Bagi sebagian besar petambak, hampir tidak ada pilihan yang lebih
baik, selain meminjam modal pada ponggawa yang telah mereka kenal
untuk menutupi besarnya biaya yang harus dikeluarkan serta resiko yang
harus ditanggung dalam pembuatan tambak baru. Seorang petambak
pemula yang kurang siap secara finansial maupun skill, akan lebih memilih
untuk mendapatkan pinjaman modal yang prosesnya tidak rumit dengan
pola pengembalian yang tidak membebani dalam menggarap tambak
miliknya. Pilihan tersebut juga akan ditentukan oleh banyaknya referensi
dan hubungan baik yang dimilikinya dengan sang pemilik modal atau
ponggawa, yang selanjutnya akan menjadi patron bagi kehidupan sosio-
ekonomi keluarganya.
Dalam sistem pengusahaan tambak seorang ponggawa akan membiayai
kegiatan operasional tambak client-nya, berupa modal pembukaan dan
perawatan tambak, berikut suplai benur, pupuk dan racun yang diberikan
sampai panen berhasil. Sebagai imbalannya, petambak (client) harus
menjual hasil panen tambaknya kepada ponggawa yang telah memberikan
modal usaha dalam pembukaan lahan tambak tersebut. Ponggawa juga
akan berperan sebagai “pelindung” bagi keamanan dan permodalan usaha
tambak dari petambak yang menjadi bawahannya. Sementara petambak
akan berperan sebagai “pelayan” yang akan menyediakan suplai udang
kepada ponggawa yang memodalinya.
100 Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang

