Page 130 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 130
lahan maupun aparat pemerintah desa dengan calon pemilik
tambak,
d. Mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja, untuk
membangun tambak-tambak tersebut diperlukan beberapa
alat dan bahan serta tenaga kerja yang di datangkan ke lokasi
yang akan dibangun. Beberapa pemilik yang memiliki modal
besar serta hamparan lahan yang luas, mampu mendatangkan
alat berat berupa excavator maupun dozer untuk mempercepat
kegiatan fisik tambak. Sedangkan para pemilik yang memiliki
modal kecil/tradisional hanya mampu mengerahkan tenaga
kerja manusia untuk kegiatan fisik tambak yang direkrut dari
masyarakat lokal maupun dari luar.
2. Tahap Konstruksi, meliputi;
a. Pembukaan lahan ( land clearing), merupakan kegiatan
pembersihan dari pohon, tanaman dan material lainnya yang
diperkirakan dapat menggangu kelancaran pembangunan
tambak dan bangunan pendukung lainnya.
b. Pembangunan fisik tambak, dilakukan penggalian (cut) dan
penimbunan (fill) tanah dari lahan yang dibersihkan. Pemilik
tambak bermodal besar akan menggunakan excavator untuk
mempercepat penggalian dan penimbunan tanah dalam
membangun pematang tambak, sedangkan penggunaan dozer
akan mempercepat perataan tambak. Pada petambak tradisional
kegiatan cut and fill dengan tanpa perataan tanah tambak
memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Masyarakat lokal
umumnya belum mengetahui cara membuat tambak yang
baik, kolam-kolam yang dibangun umumnya berukuran besar
minimal 3 ha/petak. Ukuran lebar parit bervariasi antara 5 –
10 m, sedangkan ke dalamannya berkisar antara 1,0 – 1,5 m,
tanah hasil galian tersebut ditimbun di pinggiran dan berfungsi
sebagai tanggul. Tanggul umumnya berukuran kecil, lebar atas
berkisar antara 0,5 – 1 m dan lebar bawah antara 2 – 4 m dengan
Migran Bugis dan “Pertambakan Ilegal” 103