Page 141 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 141

5.1 FASE INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP

            5.1.1 Ekspansi Industri Perikanan  Jepang
                Misaja Mitra ( PMA) yang didirikan pada 1974 di  Anggana dan mulai
            berproduksi satu tahun setelahnya, merupakan perusahaan eksportir
            udang beku yang mempelopori dilakukannya modernisasi armada
            perikanan tangkap yang digunakan oleh para nelayan lokal. Perusahaan
            hasil joint venture antara anak perusahaan  Mitsui Bussan, yaitu  Toho Bussan
            Kaisha dari  Jepang dengan perusahaan  Pelindo Raya (milik pensiunan
            Angkatan Laut) ini, sebelumnya hanya beroperasi di Kota Baru, Pulau
            Laut - Kalsel. Setelah berhasil membangun pabrik perikanan (cold storage)
            terbesar di Asia Tenggara pada 1971 di  Kotabaru, mereka selanjutnya
            melakukan ekspansi ke Sungai Meriam - Kutai Kartanegara, hingga
            ke Tarakan dan Pasir, bahkan pada 1987 berhasil membangun pabrik
            pengolahan hasil perikanan modern berskala internasional di Pati –
            Jateng.  Mitsui Bussan didirikan pada 1876 oleh keluarga Mitsui dan saat
            ini merupakan salah satu perusahaan dagang terbesar di  Jepang.
                Keberadaan perusahaan-perusahaan perikanan  Jepang di Indonesia
            merupakan salah satu momentum terpenting dalam perbaikan hubungan
            Indonesia- Jepang pasca penjajahan, sebagai bagian dari komitmen
            pemerintah  Jepang yang telah menandatangani “Perjanjian Damai dan
            Ekspansi Industri Perikanan” pada 20 Januari 1958 – Traktat Perdamaian
            San Francisco. Dimana Pemerintah  Jepang bersedia menghapuskan hak
            atas aset-aset mereka di kawasan Asia Tenggara. Meskipun bantuan
            dan investasi  Jepang ke Indonesia mulai berlangsung sejak  Orde Lama,
            namun jumlahnya mulai meningkat pesat ketika  Jepang mendapatkan
            tempat terbaik sejak awal kepemimpinan  Orde Baru di tahun 1966.
            Bahkan, untuk menarik minat investasi  Jepang, tidak hanya dilakukan
            melalui jalur formal, tetapi juga lobi-lobi informal, hasilnya aliran dana
             ODA (Official Development Assistance) dan investasi  Jepang mengalir ke
            tanah air dan terus menguat, bahkan kemudian menjadi cukup dominan
            dalam perekonomian  Orde Baru. Selanjutnya sektor pertambangan,
            khususnya migas, kehutanan dan perikanan menjadi sektor unggulan




         114                      Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146