Page 143 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 143

menjelang tahun 1990, di Propinsi Kalimantan Timur telah berdiri
            sepuluh buah perusahaan eksportir perikanan (lihat Tabel 5.1).

             Tabel 5.1 Jumlah Cold Storage di Kaltim sampai dengan Tahun 1990



















            Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan Propinsi Kaltim, 1991
                Keberhasilan Misaja Mitra dalam melakukan kegiatan eksploitasi
            perikanan tangkap, hingga ekspor produk udang beku dan olahan, menurut
            Untung Martono, mantan pimpinan Misaja Mitra di Sungai Meriam,
            tidak terlepas dari keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan
            strategi usaha “saling topang”, dengan pola hubungan produksi yang
            diadopsi dari pranata lokal milik komunitas setempat. Pengembangan
            strategi usaha “saling topang” dilakukan dengan menerapkan manajemen
            subsidi silang, artinya kelebihan produksi cold storage di satu tempat akan
            mensubsidi cold storage yang produksinya rendah di tempat lainnya.
            Hal ini dilakukan sebagai antisipasi hasil tangkapan yang tidak bisa
            diprediksi. Dengan mekanisme seperti inilah, perusahaan Misaja Mitra
            mampu bertahan hampir 40 tahun beroperasi di wilayah Indonesia,
            meskipun beberapa cold storage-nya ada pula yang collaps, seperti cold
            storage Pasir dan Sungai Meriam yang dijual pada 2008. Strategi usaha
            lainnya yang tidak kalah cemerlangnya adalah kemampuan perusahaan
            dalam “merangkul” komunitas setempat, dengan mengadopsi pranata
            lokal mereka, sebagai pola dasar dalam hubungan produksi, khususnya
            dengan etnik Bugis sebagai mayoritas pelaku perikanan tangkap di pantai
            timur Kalimantan.



         116                      Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148