Page 147 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 147

“binaan” armada tangkap milik nelayan lokal, juga memiliki 12 kapal
              trawl yang mampu memberikan jaminan pasokan bahan baku.

            5.1.2 Booming Produksi Perikanan Tangkap
                Booming produksi perikanan tangkap yang terjadi sejak akhir 1970-an
            s/d awal 1990-an, telah membuat perusahaan-perusahaan eksportir
            perikanan di pantai timur Kalimantan mengalami pertumbuhan yang
            sangat fantastis, sehingga mempu mendapatkan keuntungan yang sangat
            besar. Hal ini terlihat dari program ekspansi perusahaan-perusahaan
            tersebut dalam membangun cold storage dan pabrik pengolahan hasil
            perikanan di berbagai tempat di Indonesia, yang dilakukan pada periode
            tersebut. Hal ini tercermin dari nilai produksi perikanan laut (tangkap)
            Kaltim yang cenderung mengalami peningkatan, meskipun terjadi
            pelarangan penggunaan alat tangkap  trawl secara total menjelang tahun
            1983 (Lihat Gambar 5.1).























                   Gambar 5.1 Nilai Produksi Perikanan Laut Propinsi Kaltim
            Sumber: Data Primer Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Perikanan Kaltim 1979
                                        – 2009

                Senada dengan data statistik produksi dan nilai perikanan laut
            Propinsi Kalimantan Timur yang cenderung fluktuatif sejak memasuki
            tahun 2000, data produksi perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara pun
            menunjukkan kecenderungan yang sama. Kondisi ini diikuti dengan



         120                      Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152