Page 216 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 216

lagi pada masa kelahiran, begitu seterusnya”. Boleh saja sepetak tambak
             memasuki ‘masa senja’ sehingga produksinya menurun, tapi suatu ketika
             tambak tersebut dipercaya akan “kembali dilahirkan” untuk berproduksi
             optimal. Karenanya bagi para ponggawa menginvestasikan keuntungan
             usaha dengan mengakumulasi tambak seluas-luasnya adalah sebuah
             pilihan rasional yang telah melalui serangkaian trial and error.
                 Harus diakui bahwa pengelolaan dan pelestarian sumberdaya
             mangrove merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk
             dilaksanakan. Kegiatan tersebut membutuhkan sifat akomodatif dari
             segenap pihak yang terkait, baik yang berada di sekitar kawasan maupun
             di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan tersebut hanya bisa dilakukan
             jika mampu memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan, namun
             demikian sifat akomodatif tersebut akan lebih dirasakan manfaatnya
             bilamana keberpihakan kepada masyarakat diberikan porsi yang lebih
             besar. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah strategi untuk
             menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak pengelolaan
             dan pelestarian sumberdaya (mangrove). Dimana persepsi masyarakat
             dapat diarahkan pada cara pandang akan pentingnya keberadaan
             sumberdaya mangrove bagi kepentingan mereka. Pengembangan
             pengetahuan lokal dan keberadaan pranata sosial (jaringan patronase)
             tampaknya sangat relevan bagi upaya-upaya pengelolaan lingkungan
             alam berikut sumberdayanya, sebagai faktor yang berperan penting dalam
             menunjang keberlanjutan dan ketangguhan ekosistem pesisir (mangrove).
             Tapi ironisnya keduanya justru terabaikan dalam upaya-upaya eksploitasi
             sumberdaya alam, akibat terpinggirkan oleh domain pengetahuan ilmiah,
             serta pranata-pranata sosial hasil reka-cipta agen-agen pembangunan.
                 Meskipun saat ini semakin disadari bahwa pemerintah bukanlah
             sebuah institusi dengan aparatur solid yang mampu menanggulangi
             berbagai masalah lingkungan hidup yang semakin beragam dan dinamis.
             Namun harus diakui, bahwa pemerintah memiliki kemampuan yang
             sangat fungsional di dalam melakukan penetrasi kebijakan terkait
             dengan berbagai hal menyangkut sumberdaya milik negara di dalam
               KBK (hutan mengrove) dan aktivitas perdagangan produk pertambakan



             Tercerabut Atau Terakumulasi                                 189
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221