Page 218 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 218
pasokan material raw secara tetap tanpa harus mengeluarkan banyak
“energi” ataupun biaya melalui monopoli. Mengakumuasi kekayaan
bukan sekedar melalui keuntungan tapi melalui rente dari jaringan yang
dibangunnya. Artinya sebagai pemasok khusus ( udang windu), kebutuhan
pasar tersebut sedikit demi sedikit dikumpulkan dari mitral lokal, dengan
akses khusus pada teknologi dan pengetahuan dari kelembagaan lokal
atau keluwesan berproduksi yang merupakan hasil negosiasi dalam
jaringan yang tidak membutuhkan biaya tinggi. Begitupun dengan
dampak ekologis dari berlangsungnya mekanisme tersebut, disumbang
secara kolektif, sedikit demi sedikit oleh jejaring usaha pertambakan
yang menopangnya.
Peneliti menyebut proses tersebut sebagai “akresi kapital”, sebuah
proses pengendapan kapital pada pengusaha lokal pertambakan
(ponggawa) yang menduduki puncak hierarki. Hal ini berlangsung
seiring dengan terjadinya abrasi, yang dalam istilah geologi berarti proses
pengikisan daratan akibat hempasan gelombang, sehingga menjadi
tenggelam/sejajar dengan permukaan air yang mengikisnya. Proses abrasi
tersebut terjadi; pertama, pada ruang ekologi dengan semakin menipisnya
tegakan hutan mengrove dan terdegradasinya kualitas lingkungan;
kedua, pada ruang ekonomi dengan semakin senjangnya pendapatan
dan tergantungnya kelangsungan hidup para petambak/penjaga empang;
ketiga, pada ruang sosio-kultural dengan terjadinya peluruhan modal
sosial dan tidak terbangunnya “perjuangan” counter hegemoni (seperti
ditunjukkan Gambar 6.9). Dari hasil penggerusan pada “ketiga ruang”
inilah terjadi pengendapan kapital setelah melalui serangkaian proses
“akresi kapital”.
Tercerabut Atau Terakumulasi 191