Page 212 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 212

masyarakat, dengan asumsi pemberian izin garap oleh otoritas lokal
             bukan sebagai bentuk pelanggaran hukum karena tidak memberikan hak
             kepemilikan pada penggarap. Selain alasan klasik, melanjutkan kebijakan
             yang telah ada sebelumnya.
                 Sementara persepsi masyarakat setempat yang menganggap tanah-
             tanah yang mereka garap secara turun temurun sebagai tanah milik,
             akibat minimnya pengetahuan atas status lahan yang mereka kuasai
             dan manfaatkan, menjadikan pembukaan tambak-tambak baru di dalam
             kawasan hutan produksi tanpa izin terus berlangsung. Pembukaan hutan
             mangrove secara besar-besaran untuk kegiatan pertambakan tersebut,
             mencapai puncaknya pasca terjadinya krisis ekonomi regional pada 1997-
             1998, dipicu oleh tingginya nilai tukar dolar terhadap rupiah sehingga
             terjadi “boom harga udang”.
                 Berdasarkan data statistik perikanan Kalimantan Timur, peningkatan
             luasan tambak mencapai puncaknya pada 2001 seluas 36.634 Ha dan
             kembali mengalami peningkatan secara fantastik hingga mencapai
             120.763 Ha pada 2006. Kondisi ini secara tidak langsung telah memicu
             terjadinya “ledakan penduduk” di kawasan Delta Mahakam oleh para
             pendatang yang ingin mencoba peruntungan di sektor perikanan
             budidaya. Membuka hutan mangrove yang tersisa dengan cara merintis
             lahan tanpa melapor atau dengan meminta izin garap dari otoritas lokal
             atas “lokasi” hutan mangrove yang dianggap masih bisa dirintis menjadi
             area pertambakan baru. Kisah sukses petambak yang mampu meraup
             keuntungan besar, sehingga sebagian diantaranya mampu menjadi
             ponggawa beromset milyaran rupiah perbulan, juga memberikan pengaruh
             yang tidak kalah pentingnya dalam memotivasi perkembangan usaha
             pertambakan.

             6.2.3 Ideologi Kapitalisasi Sumberdaya Perikanan
                 Resiko yang semakin tinggi telah mengumpan balik pada pengetahuan
             mengenai dampak dari usaha budidaya pertambakan yang mereka
             lakukan, namun ironisnya pola strategi pengelolaan sumberdaya pesisir
             tidak mengalami perubahan. Praktek-praktek yang dapat merusak




             Tercerabut Atau Terakumulasi                                 185
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217