Page 181 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 181

Keistimewan Yogyakarta
                Reorganisasi itu dikukuhkan dengan dikeluarkannya
            Rijksblad Kesultanan Yogyakarta No. 16 Tahun 1918 dan Rijks-
            blad Kadipaten Paku Alam No. 18 tahun 1918. Di dalamnya
            diatur hal-hal sebagai berikut: 8
            1. Warga di perkotaan memiliki hak andarbe yang masing-
               masing memperoleh luas tanah yang relatif sama. Warga
               pedesaan (luar kotapraja) diberikan hak anganggo turun-
               temurun.
            2. Kelurahan diberi hak andarbe, sebagai tanah desa yang
               diperuntukkan guna Kas Desa, penghasilan pamong kelu-
               rahan, tanah bengkok atau tanah lungguh, tanah penga-
               rem-arem, dan untuk kepentingann umum desa.
                Reorganisasi itu melakukan pengaturan tata guna tanah.
            Sejak saat itu penggunaan tanah dibedakan menjadi beberapa
            macam: tanah untuk keraton itu sendiri, tanah yang dipakai
            NIS dan SS, tanah dengan hak eigendom dan opstal baik yang
            dipakai oleh orang Belanda maupun Tionghoa, tanah krajan
            atau tanah yang dipakai para pegawai keraton, tanah kesan-
            tenan, tanah pekarangan Bupati dan Pegawai Tinggi, tanah
            kebonan untuk Pepatih dalem dan kepentingan umum, dan
            tanah pekarangan rakyat jelata.  Akan tetapi Sertifikasi tanah
                                        9
            baru bisa dilakukan pada tahun 1926.
                Kesuksesan reorganisasi ini dianggap sebagai keberha-
            silan penetrasi politik pemerintah kolonial kedalam urusan
            keraton. Dengan dihapuskannya sistem apanase, pemerintah
            kolonial berhasil memperlemah status dan kedudukan para
            bangsawan. Kebijakan ini  sekaligus bentuk dari defeodalisasi,


            8  Eko Budi Wahyono, op.cit. hlm. 2-3. Lihat juga Nuraini Setiawati, loc.cit.
            9  Lihat Nuraini Setiawati, loc.cit.

            158
   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186