Page 104 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 104
Mereka yang Dikalahkan 79
cukup jauh, sehingga tidak sebanding dengan modal yang harus
dikeluarkan dengan harganya.
Memang benar di dalam UUPA/1960 Pasal 16 (ayat 1) dijamin
“hak memungut hasil hutan”, akan tetapi jika praktik memungut
hasil hutan untuk kepentingan bisnis dengan jaringan rapi akan
menghabiskan isi hutan itu sendiri, apalagi dilakukan oleh para
pengusaha. Akibat langsung selain gundul hutannya (ter-deforestasi)
juga akan menyebabkan bencana yang serius. Diketahui, hutan Riau,
khususnya Kabupaten Meranti, mayoritas adalah hutan gambut
dengan kedalaman di atas 3 meter yang seharusnya dilindungi.
Temuan investigasi dari studi Eyes on the Forest menunjukkan data
secara valid, kayu-kayu illegal logging yang dihasilkan dari hutan
Riau termasuk Pulau Padang semua bermuara pada perusahaan
bubur kertas APRIL dan RAPP. Kedua perusahaan ini dikesankan
membina secara rapi para pelaku illegal logging untuk memasok
kebutuhan kayu yang dari tahun ke tahun semakin besar. 49
D. Kesimpulan
Atas nama pembangunan dan cita-cita menyejahterakan
rakyat Indonesia, eksploitasi sumber daya alam (hutan) menjadi
sesuatu yang niscaya. Pasca Indonesia merdeka, salah satu sumber
ekonomi nasional yang menjanjikan adalah eksploitasi hutan alam.
Dengan semangat itu, banyak hutan alam Indonesia dikonsesikan
kepada para pengusaha HPH. Sistem pengusahaan hutan ini akan
memanfaatkan hutan dengan mengambil kayu untuk berbagai
kepentingan, salah satunya diekspor ke berbagai negara konsumen.
Eksploitasi dilakukan secara masif, sehingga secara cepat hutan-
hutan alam menjadi gundul. Kita kemudian mengenal dengan
49 Laporan Investigasi Eyes on the Forest. “Laporan pengaduan kepada
Komite Penasihat Parapemangku APRIL”, November 2014.