Page 195 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 195
170 M. Nazir Salim
akan terjadi penangkapan-penangkapan berikutnya jika terus
bergerak, dan ini sangat tidak dikehendaki oleh Riduan.
Yang menarik menurut pengakuan Yahya kepada penulis,
sebelum kasus Riduan diputus oleh pengadilan, ia dan teman-
temannya berupaya melakukan perlawanan kepada RAPP atas kasus
Riduan, namun perusahaan tidak bergeming. Bahkan perusahaan
sebagai pihak pelapor menggertak Yahya dkk. akan menuntut
Riduan dengan hukuman mati jika teman-teman di Pulau Padang
terus mengganggu operasi RAPP, sebab kasus Riduan menurut
RAPP adalah kasus pembunuhan, sehingga bisa dituntut hukuman
mati. RAPP juga terus akan meminta polisi mencari dan menangkap
24 petani Pulau Padang yang buron atas kasus pembakaran dan
pembunuhan 30 Mei 2011. Atas ancaman itu membuat warga
surut, karena khawatir benar-benar terjadi. Bagi Yahya, “ancaman
itu walaupun hanya gertak, akan tetapi sempat membuat kami
berdiskusi panjang memikirkan nasib teman-teman baik yang
sedang menjalani proses hukum maupun yang menjadi buron”.
Artinya, para petani harus benar-benar melakukan evaluasi
serius untuk menentukan nasib ke depan gerakan petani Pulau
Padang sekaligus bagaimana menyelamatkan kawan-kawannya
yang sedang dalam proses di pengadilan. Setidaknya, sebagaimana
pengakuan Yahya dkk., ancaman RAPP menjadi pertimbangan untuk
menentukan langkah ke depan, diam, mengalah, atau kibarkan
bendera putih sebagai tanda kalah.
Setelah melakukan diskusi panjang dengan teman-teman STR
dan FKMPPP, keputusan akhirnya diambil sebagai langkah untuk
menyelamatkan petani Pulau Padang dan memperbaiki kerusakan
ekonomi keluarga mereka setelah sekian tahun habis untuk aksi.
Penuturan Rinaldi dari STR, untuk memutuskan langkah berikut
bukan sesuatu yang mudah. Banyak di antara petani yang belum bisa
menerima beberapa temannya ditangkap polisi, dan mereka tetap