Page 190 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 190
Mereka yang Dikalahkan 165
Riau dalam sejarah panjang melawan ketidakadilan. Bahkan apa
yang dilakukan anomali dalam sejarah masyarakat Melayu dan “Jawa
Sumatera”. Mayoritas warga Pulau Padang yang berjuang adalah dua
suku tersebut. Dalam khasanah literatur pergerakan petani melawan
kekuasaan dan ketidakadilan, khususnya masyarakat Melayu tidak
ditemukan model-model seperti yang terjadi di Pulau Padang. Srategi
rapi, persatuan kokoh, nyali tinggi, dan kekuatan penuh untuk
mengabdikan dirinya dalam melawan apa yang diyakini kebenarannya.
Resistensi masyarakat yang dikenal dalam literatur relatif sederhana,
seperti dalam kajian James C. Scott dalam bukunya Senjatanya Orang-
orang yang Kalah, masyarakat bergerak dengan caranya yang ralatif
14
pelan, melawan tidak secara terbuka, walau itu juga efektif, namun
tidak memiliki nuansa heroik secara unity, karena dilakukan oleh
individu-individu, masing-masing tidak terikat secara terorganisir
atau kelompok. Pada kasus Pulau Padang berbeda karena nyaris
semua proses dan tahapan dilakukan oleh petani Pulau Padang, dari
mulai pembekalan diri, pembentukan kelompok, pengorganisasian,
aksi damai, lobi dan komunikasi intensif, sabotase, evaluasi aksi
dan refleksi, sampai tindakan-tindakan ekstrim juga ditempuh.
Konfirmasi penulis kepada para pelaku, “tidak ada yang mengilhami
gerakan kami kecuali kamauan bersama yang terbentuk secara sadar,
tentu saja sadar dalam pengertian memahami persis apa yang terjadi
di Pulau Padang. Kesadaran bersama menjadi kunci bahwa kami
berhak mempertahankan tanah kami, dan itu kami anggap sebagai
jihad, cara kami dalam menterjemahkan ajaran dari kyai-kyai kami
di kampung. Sejengkal tanah kami adalah hak kami dan tidak boleh
dirampas dengan alasan apapun.”
15
14 James C. Scott, Senjatanya Orang-orang yang Kalah, Jakarta: Yayasan
Obor, 2000.
15 Hasil diskusi dengan Yahya, Mukhti, dkk, di Pulau Padang, 30 mei
2016.