Page 80 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 80
Mereka yang Dikalahkan 55
eksploitasi hutan Riau secara ramah dengan mengeluarkan kebijakan
pengelolaan yang ramah lingkungan Forest Con cervation Policy (FCP)
pada tahun 2013. Dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh APP untuk
38 grup usaha di bawahnya dan 17 di antaranya ada di Riau sebagai
pemasok kayu bahan baku kertas, ia berjanji akan mendukung upaya
pemerintah untuk mengurangi deforestasi. Bentuk dukungannya
adalah: tidak akan menebang hutan alam, melindungi lahan gambut,
memban gun FPIC (Free and Prior Informed Consent), sebuah
instrumen untuk melindungi hak-hak orang atau komunitas yang
potensial terkena pengaruh suatu proyek pembangunan, khususnya
pembangunan di wilayah hutan.
Pasca dikeluarkannya kebijakan tersebut, di mana APP berjanji
pembukaan hutan alam akan dihentikan sampai ada penilaian
dari HCVF (High Conservation Value Forest) untuk memberikan
penilaian dan pertimbangan dalam usaha meningkatkan hutan
keberlanjutan. Namun fakta di lapangan, APP melalui perusahaan
pemasoknya masih melakukan penebangan hutan alam. Salah satu
bukti adalah masih terjadinya deforestasi hutan alam di konsesi APP
Grup. Berdasarkan pantauan Jikalahari, sepanjang 2013-2015 telah
terjadi deforestasi hutan alam di konsesi APP mencapai 7,377.69
hektar yang dilakukan oleh 16 dari 17 grup usahanya yang berada di
Riau. Kondisi ini tergambar dalam catatan laporan dan investigasi
Jikalahari yang diturunkan dalam laporan akhir tahun 2016. Artinya
APP tidak mentaati sebagaimana janjinya bahwa ia tidak akan
melakukan penebangan hutan alam sekalipun dalam wilayah area
konsesi miliknya. Tabel di bawah secara rinci menunjukkan total per
grup usaha APP di Riau yang telah melakukan deforestasi sepanjang
2013-2015 ketika komitmen sedang dijalankan.
26
26 Catatan Akhir Tahun 2016, “Cerita Akhir Tahun 2016 dari Riau”,
Jikalahari, Desember 2016. http://jikalahari.or.id/kabar/rilis/cerita-
akhir-tahun-2016/