Page 40 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 40
BAB I
TANAH-TANAH PERTANIAN ORANG INDONESIA
1
SATU ABAD KETIDAKADILAN
Mereka tidak sepatutnya kehilangan tanahnya. Rakyat pribumi
meyakini hal ini. Mereka tidak sepatutnya kehilangan hak miliknya
selayaknya kita tidak sepatutnya kehilangan hak kepemilikan kita,
pencabutan hak melalui eksekusi.
…Tak seorang pun, tidak juga pemerintah, menginginkan Jawa menjadi
negeri yang hanya menghasilkan padi, gula dan kopi. Jawa, utamanya,
harus menjadi masyarakat yang teratur, dan ketika ia menjadi
masyarakat yang kuat, ia akan memberikan ganjaran yang berlimpah.
Thorbecke, Tweede Kamer, 14 Mei 1866
“Satu abad ketidakadilan.” Kalimat ini terdengar agak kasar dan
seolah-olah dibesar-besarkan. Apalagi bila kita menggunakan
1 De bouwvelden kami terjemahkan dengan istilah “tanah-tanah
pertanian.” Istilah ini meliputi pengertian: semua tanah yang dengan
jalan apapun juga telah diusahakan oleh seseorang. Lawannya adalah
de woeste gronden, yang kami terjemahkan dengan istilah “Tanah-
tanah liar.” Catatan Editor: Sebagai bagian pemutakhiran, istilah ini
kami ganti dengan “tanah-tanah yang tidak dibudidayakan.” Dalam
kebijakan pemerintah kolonial, tanah-tanah bero (fallow land)
dan tanah yang sedang ditinggal dalam sistem pertanian bergulir
disertakan juga dalam kategori “woeste gronden,” dan karenanya dapat
dikuasai oleh pemerintah. Seharusnya tanah-tanah ini masuk dalam
kategori bouwvelden.