Page 44 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 44
C. Van Vollenhoven 5
di Jawa Barat misalnya akan merasakan kuatnya hak atas tanah
miliknya sama saja seperti seorang pemilik tanah di Friesland.
Pertanian di Bali yang sudah maju itu, terutama dengan subak-
subaknya, dimana pengairan sawah-sawah sejak dahulu telah
dipersatukan—tidak mungkin terpikirkan tanpa adanya suatu
hak atas tanah yang terjamin dengan kuat. Tetapi jika mereka
mengartikan grondeigendom itu sebagai suatu hak atas sebidang
tanah yang dikerjakan secara tetap, dimana seorang petani
Indonesia dengan penuh keyakinan dapat berkata bahwa:
“Tanah ini adalah mutlak milikku,” maka jawaban yang pasti
ialah, bahwa hampir di seluruh Hindia Belanda tidak dapat
dijumpai hak yang semutlak itu, oleh karena petani Indonesia
harus pula mengingat batasan-batasan adat yang diberikan oleh
hukum adat-adat. Tanah milik dengan batasan-batasan adat
ini dapat dijumpai di seluruh Sumatera, Borneo (Kalimantan),
Timur Besar (Grote Oost) Sulawesi, Bali dan di Jawa bagian
Timur dan tengah (Oost en Middel-Java). Hanya di beberapa
daerah tertinggal seperti di pedalaman Kalimantan dan
Sulawesi, lalu pulau Timor dan sekitarnya yang belum mencapai
tingkat perkembangan ini.
Namun di daerah-daerah yang terbelakang ini pun dapat
dijumpai bidang-bidang tanah yang bisa dianggap menjadi
milik orang-orang Indonesia itu, yaitu ladang yang berpindah-
pindah. Orang mendirikan gubuk sederhana di tepi sebuah
hutan, kemudian berusaha untuk membuka tanah dengan jalan
menebang sebagian dari pinggir hutan itu yang dianggap cukup,
sesudah itu bidang tanah yang baru dibuka itu disiangi, lalu
dengan cara yang sesederhana mungkin orang menanam keladi
atau pisang atau menaburkan biji-biji jagung atau biji-biji padi.
Kemudian setelah satu atau dua kali panen, tanah itu (beserta
gubuk yang telah didirikan dahulu) kembali ditinggalkan.
Ternyata tidak hanya di daerah-daerah yang terbelakang