Page 47 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 47

8       Orang Indonesia dan Tanahnya

               Tetapi dalam tahun-tahun kemudian, persoalan tersebut
            telah dapat dipecahkan secara memuaskan. Pembatasan-
            pembatasan adat itu ternyata adalah akibat dari suatu hukum
            yang sudah sangat tua dan yang dahulu meliputi seluruh
            Indonesia, suatu hukum yang mulanya bersifat keagamaan,
            yaitu beschikkingsrecht atau  “hak ulayat” dari masyarakat-
                                                3
            masyarakat hukum Indonesia atas tanah.
               “Hak ulayat” atau beschikkingsrecht ini (istilah tersebut
            dipergunakan dalam artian teknis) tidaklah dapat diketemukan
            dalam Burgelijk Wetboek, juga tidak dapat disamakan dengan
            recht van heerschappij (semacam hak pertuanan) di negara Barat.
            Namun di seluruh kepulauan Indonesia hal itu merupakan hak
            yang tertinggi atas tanah. Hak ini dipunyai oleh suatu suku
            (stam), atau oleh sebuah gabungan desa (dorpenbond), atau
            biasanya oleh sebuah desa saja tetapi tidak pernah dipunyai

            3   Sampai saat ini belum ada kesamaan istilah dalam bahasa Indonesia
               sebagai terjemahan dari istilah teknis hukum adat beschikkingsrecht.
               Prof. Soepomo menerjemahkannya dengan istilah “hak pertuanan.”
               Prof. Djojodigoeno menerjemahkannya dengan istilah “hak purba.”
               Dalam buku “Penuntun tentang Hukum Tanah,” Poerwopranoto
               menyebutnya dengan istilah hak beschikking saja. Undang-undang
               nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
               (L.N. 1906-104) menyebutnya dengan istilah “hak ulayat dan hak-
               hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat.” Prof.
               Notonegoro menerjemahkannya dengan istilah “hak menguasai.”
               Kami (penterj.) sendiri menggunakan istilah “hak penguasaan” yang
               kami anggap sebagai penyempurnaan dari segi tata bahasa terhadap
               istilah Prof. Notonegoro tersebut.
               Catatan Editor: Drs. Soewargono, penterjemah pertama naskah ini,
               menyelesaikan terjemahannya pada tahun 1975. Selama dua dekade
               terakhir, beschikkingsrecht diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
               sebagai “hak ulayat.” Padanan istilah ini telah diterima sebagai
               padanan yang baku dan digunakan di berbagai karya kontemporer.
               Dalam usaha memutakhirkan naskah ini, kami menggunakan “hak
               ulayat” sebagai padanan kata bagi beschikkingsrecht.
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52