Page 71 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 71

32      Orang Indonesia dan Tanahnya

            3.   Memecah-mecah   tanah  harus  ditentang pula.
            4.   Bahwa   tidak  mungkin  untuk  diteruskan  adanya
                 kenyaataan, bahwa seseorang tetap menjadi pemilik
                 sebidang tanah yang telah cukup lama ditinggalkan,
                 apalagi kalau tanah itu tidak pernah ditengok lagi.
            5.   Mengikatkan  sebidang tanah  guna  keperluan  utang-
                 piutang harus diberi saluran yang baik.
            6.   Harus diusahakan supaya orang-orang yang memiliki,
                 juga yang menguasai sebidang tanah, mempunyai bukti-
                 bukti tertulis.
            7.   Eigenrichting (bertindak sekehendak sendiri dengan
                 mengabaikan hukum-hukum yang berlaku) harus
                 ditentang.
            8.   Milik-milik tanah di kota-kota besar di Indonesia
                 seperti Surabaya, Makassar, Padang, tidak mungkin
                 dipertahankan dalam sifatnya yang murni dalam hukum
                 adat.
            9.   Cara berladang yang berpindah-pindah dan hak
                 mengerjakan tanah (bouwrecht atau bewerkingsrecht)
                 harus segera lenyap.

               Adapula terdengar suara-suara yang menuntut agar diadakan
            peraturan-peraturan guna membatasi pemilikan tanah-tanah
            secara luas dan peraturan-peraturan mengenai kadaluarsa.
            Semua ini kita sebut tuntutan-tuntutan yang dikehendaki
            dalam praktek ini, dengan kata lain tuntutan-tuntutan yang
            perlu untuk memodernisasikan milik tanah di Indonesia.
            Tetapi bagaimanakah cara melaksanakan tuntutan-tuntutan
            ini dengan aman, untuk semua kondisi, yang tidak hanya di
            daerah-daerah yang diperintah langsung oleh Pemerintah
            Hindia Belanda, tetapi juga di daerah-daerah swapraja?
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76