Page 75 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 75
36 Orang Indonesia dan Tanahnya
banyak jumlahnya. Di Kediri terdapat suatu bentuk peralihan
antara grondverpanding (gadai tanah) dengan inlandsch
hypotheek (hipotik pribumi). Tanah-tanah sawah di Jawa
Tengah secara wajar dengan perlahan-lahan atau cepat mulai
melepaskan diri dari hak penguasaan desa.
Di Bali dan tempat-tempat lain berkembang cara
pembuktian yang tertulis. Bahkan pemerintahan swapraja di
Lombok mengenal notaris pribumi.Tetapi jalan pikiran dari para
birokrat memang agak keterlaluan. Sebab sesungguhnya bukan
karena hukum adat itu tidak cukup cepat berkembang menurut
arah tujuan sebagaimana yang kita kehendaki. Bukan pula
karena perkembangan itu tidak cukup meluas di seluruh Hindia
Belanda. Tetapi hanya karena hukum adat itu berkembang
menurut garis-garis yang lain daripada yang telah ditentukan
oleh biro-biro itu.
Pada bab terdahulu telah kami kemukakan, bahwa
pemerintah tidak suka mengakui proses menjadi bebasnya
bezitrecht (hak milik) dari tanah dari hak ulayat desa di Jawa
Tengah, karena dianggap tidak sesuai dengan peraturan tentang
12
konversi dari tahun 1885. Mungkinkah seorang yang berakal
sehat membiarkan begitu saja kesalahan ini? Telah terbukti
pula bahwa dimanapun juga di seluruh Hindia Belanda ini
orang tidak pernah dapat menjumpai suatu inlandsch hypotheek
(hipotik pribumi) yang mau tunduk pada suatu pasal saja
dari peraturan tentang kredietverband yang berjumlah tiga
puluh delapan pasal itu. Apakah mereka itu tetap tidak sudi
membuka mata dalam menghadapi kenyataan ini? Surat-surat
pembuktian tertulis di dalam soal-soal transaksi tanah tumbuh
dengan sendirinya dan bersifat hukum adat. Akan dihambatkah
pertumbuhan yang wajar ini?
12 Catatan editor: Staatsblad 1885 No. 102