Page 77 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 77
38 Orang Indonesia dan Tanahnya
dilandasi oleh jalan pikiran yang picik dan pengetahuan yang
sempit. Sebab telah terbukti dengan jelas, bahwa perbedaan
antara inlandsch bezitrecht (hak milik pribumi) yang sudah
bebas dengan hak milik Barat pun sungguh amat besar.
Misalnya—karena baik sifat zakelijk (kebendaan, ed.) dari hak
eigendom Barat, maupun ketentuan-ketentuan mengenai hak
eigendom itu—selama berkaitan dengan tanah-tanah yang
diberi pengairan atau yang ditanami secara biasa—tidaklah
kita jumpai dalam hukum adat. Demikian pula di seluruh
Indonesia, hukum adat tidak mengenal peraturan-peraturan
mengenai burenrecht, peraturan-peraturan Barat mengenai
pembagian eigendom, peraturan-peraturan mengenai cara
memperoleh, cara penyerahan dan cara lenyapnya hak milik,
juga tidak mengenal eigendomacties Barat, tidak pula mengenal
cara pembedaan antara eigendom (kepemilikan absolut) dan
bezit (kepemilikan dengan batas-batas tertentu, ed.) dengan
segala akibat-akibat hukumnya sebagaimana yang tercantum di
dalam Burgelijk Wetboek. Maka dengan sendirinya perbedaan
antara hak milik pribumi yang masih lekat kepada hak ulayat
masyarakat hukum adat (beklemde inlandsch bezitrecht) dengan
hak eigendom Barat lebih besar lagi.
14
Ketika di tahun 1872 penduduk pribumi diberi kesempatan
untuk memohonkan suatu eigendom bagi tanah-tanah
sawahnya, maka hanya nama dari lembaga baru ini yang sama
dengan hak eigendom Barat, sedangkan isi dari hak ini sama saja
dengan hak inlandsch bezitrecht, kecuali bahwa pengaruh dari
hak ulayat masyarakat hukum adat dalam hal ini ditiadakan.
Lembaga ini ternyata mengakibatkan kekacauan pengertian
yang terus menerus. Juga penduduk pribumi di Jawa sama sekali
tidak memperdulikan dan tidak menggunakan kesempatan ini.
14 Catatan Editor: Agrarisch Besluit Staatsblad 1872 No. 116.