Page 38 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 38
Resonansi Landreform Lokal ... 25
Max Weber (1864-1920), Emile Durkheim (1858-1917) dan Vilfredo
Pareto (1848-1923). Vilfredo Pareto menyatakan, bahwa masya-
rakat merupakan suatu sistem yang berada dalam keseimbangan.
Konsepsi ini diperjelas oleh Emile Durkheim dengan menya-
takan, bahwa suatu masyarakat dapat memiliki solidaritas
mekanik atau solidaritas organik. Wujud solidaritas ini menurut
Max Weber dapat berlangsung karena adanya rasionalitas di
masyarakat. Akhirnya dinamika sosial ini menurut Roscoe Hinkle
dapat difahami dengan menggunakan Teori Aksi (lihat Ritzer,
2005).
Pada awalnya Teori Aksi memusatkan perhatian pada perso-
alan makroskopik evolusi sosial, meskipun tetap terbuka untuk
mengamati tindakan aktif dan pandangan kreatif manusia.
Dengan kata lain, pada awalnya teori ini cenderung melihat
kehidupan masyarakat sebagai wujud pemberian tekanan
kekuasaan terhadap perilaku individu. Teori Aksi kemudian
berkembang ketika Charles Horton Cooley (1864-1924) mem-
buktikan, bahwa sesuatu yang mempunyai arti penting dalam
kehidupan bermasyarakat adalah “kesadaran subyektif”.
David Jary dan Julia Jary (1991) menjelaskan, bahwa Cooley
juga membuktikan bahwa perasaan-perasaan individual, senti-
men, dan ide-ide merupakan faktor yang mendorong manusia
untuk berinisiatif atau mengakhiri tindakannya terhadap orang
lain. Teori Aksi semakin berkembang di Amerika Serikat berkat
jasa beberapa sosiolog Eropa yang mendukung teori ini melalui
penerbitan karya-karya mereka, seperti: (1) Florian Znaniecki
(1882-1958) melalui karyanya “The Method of Sociology” (1934)
dan “Social Actions” (1936); (2) Robert M. Mac Iver melalui
karyanya “Sociology: Its Structure and Changes” (1931); dan (3)
Talcot Parsons (1902-1979) melalui karyanya “The Structure of