Page 40 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 40
Resonansi Landreform Lokal ... 27
nya sebagai berikut: Pertama, resonansi muncul dari kesadaran
masyarakat dan Pemerintah Desa Karanganyar sebagai subyek,
dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Seba-
gai subyek, masyarakat dan Pemerintah Desa Karanganyar
adalah penentu pengelolaan pertanahan di Desa Karanganyar.
Namun demikian, ketika sebagai obyek, maka dalam hal penge-
lolaan pertanahan, masyarakat dan Pemerintah Desa Karang-
anyar harus mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi
wilayah serta kebijakan Pemerintah Kabupaten Purworejo;
Kedua, sebagai subyek, masyarakat dan Pemerintah Desa
Karanganyar melakukan resonansi landreform lokal ala Desa
Ngandagan dengan maksud untuk mencapai kesejahteraan dan
keadilan, sebagaimana yang dinikmati oleh masyarakat Desa
Ngandagan. Oleh karena petani yang tidak memiliki tanah sawah
di Desa Ngandagan memperoleh hak garap atas tanah sawah
seluas 45 ubin, maka petani yang tidak memiliki tanah sawah
di Desa Karanganyar juga akan memperoleh hak garap atas ta-
nah sawah yang luasnya disesuaikan dengan kemampuan Desa
Karanganyar;
Ketiga, dalam melakukan resonansi landreform lokal ala
Desa Ngandagan, masyarakat Desa Karanganyar menggunakan
cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat yang diperki-
rakan cocok untuk mencapai tujuan. Misalnya ada cara untuk
menentukan besaran luas tanah sawah yang akan diserahkan
hak garapnya oleh pemilik kepada Pemerintah Desa Karang-
anyar, untuk diredistribusikan kepada petani yang tidak memiliki
tanah sawah. Ada teknik untuk menghitung besaran tersebut,
ada prosedur yang harus ditempuh oleh penerima hak garap,
ada metode yang telah disiapkan untuk mengantisipasi kendala
redistribusi, serta ada perangkat “adat” yang telah disusun untuk