Page 122 - Konstitusionalisme Agraria
P. 122

(PETANI) yang berafiliasi dengan PNI dan Persatuan Tani Nahdlatul
            Ulama (PETANU) yang berafiliasi dengan NU (Achdian, 2009:39-42).
            Sementara itu, militer juga punya kepentingan. Dengan beralihnya
            sistem demokrasi parlementer ke demokrasi terpimpin, militer
            diuntungkan. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya Perpu No.
            38 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin
            yang Berhak atau Kuasanya. Peraturan ini memperkuat Peraturan
            Penguasa Perang Pusat No. Prt/Peperpu/011/1958 tentang “Larangan
            pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya,” yang
            kemudian ditambah dan diubah dengan Peraturan Penguasa Perang
            Pusat No. Prt/Peperpu/041/1959. Peraturan ini dikeluarkan oleh
            militer untuk mengatasi klaim atau aksi sepihak dari organisasi-
            organisasi yang berafiliasi dengan PKI dan PNI yang menduduki
            perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan. Dengan
            adanya peraturan ini, maka dominasi militer dalam penguasaan
            perusahaan perkebunan dan pertambangan asing yang telah
            dinasionalisasi menjadi semakin kuat. Ini pula yang menjadi cikal-
            bakal berkembangnya bisnis militer dikemudian hari.
                 Pada periode ini juga telah ada peraturan yang menjadi
            landasan untuk pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda
            diatasnya. Pasal 18 UUPA telah mendelegasikan perlunya membuat
            undang-undang tentang pencabutan hak-hak atas tanah. Pasal 18
            UUPA berbunyi: “Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan
            bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak
            atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang
            layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang.”
            Dalam menjalankan ketentuan itu dibuatlah UU No. 20 Tahun 1961
            tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda yang
            Ada diatasnya.

                 Tahun 1963 dikeluarkan Perpu No. 5 Tahun 1963 tentang
            Surat Hutang Land Reform. Surat Hutang Land Reform adalah
            surat untuk memberikan ganti rugi kepada pihak yang tanahnya
            dijadikan sebagai objek land reform. Ganti kerugian itu akan
            diberikan sejumlah 10% dalam bentuk uang simpanan pada Bank
            Koperasi Tani dan Nelayan, sedang sisanya berupa surat hutang land


                    Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan     91
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127