Page 127 - Konstitusionalisme Agraria
P. 127

melakukan mobilisasi kekuatan tanding dan siasat mengelak bahkan
            menggagalkan land reform — juga dapat dinilai sebagai aksi sepihak;
            dan (iv) Terlibatnya kekerasan antara unsur pro-land reform dan
            unsur anti-land reform yang beresonansi dengan konflik kekerasan
            di tingkat elite negara (Fauzi, 1998).
                 Pelaksanaan land reform kandas ketika pemegang kekuasaan
            negara berubah sama sekali. Perubahan dramatis kepemimpinan
            pemerintah dari Presiden Ir. Soekarno ke Presiden Soeharto,
            membawa akibat pokok pada politik agraria dari populisme menuju
            kapitalisme (Fauzi, 1997). Sejak awal, terdapat konsensus di antara
            para pendukung Orba tentang perlunya stabilisasi, rehabilitasi, dan
            pembangunan ekonomi model kapitalis. Koalisi pendukung Orba
            menolak sosialisme ala Indonesia yang akan mengubah struktur
            sosial-ekonomi secara radikal. Strategi seperti itu secara politik tidak
            dapat diterima para pendukung Orba, khususnya Angkatan Darat,
            pada saat mereka harus menghadapi tantangan berat dari kekuatan-
            kekuatan Orde Lama.  Melaksanakan land reform dan program-
            program yang bertujuan meredistribusi kekayaan dan memaksakan
            tabungan, seperti perpajakan progresif, hanya akan menjauhkan para
            pendukung Orba yang menganggap rezim itu sebagai antitesa dari
            program yang diilhami komunis.
                 Ketika UUPA tercipta ternyata dalam pelaksanaannya
            banyak juga hambatan yang menghadang termasuk pro-kontra
            substansialnya dan kecurigaan terhadap penyusupan paham
            komunis di dalamnya, akibat kendala-kendala itu, maka land reform
            yang begitu krusial sempat tidak berjalan begitu lama. Padahal
            dalam sejarahnya land reform justru pertama kali dipopulerkan oleh
            Amerika Serikat di Jepang, Taiwan dan Korea Selatan. Ahli Tanah
            dari New York, Wolf Ladeijensky dikontrak untuk melancarkan
            kebijakan pembagian tanah guna menangkal pengaruh komunisme.
            Dr. Wolf Ladejinsky adalah bekas Atase Pertanian Amerika di Jepang,
            yang membantu Jenderal Mac Arthur sewaktu melaksanakan land
            reform di Jepang. Dia tiga kali datang di Indonesia, yaitu pertama di
            tahun 1961 (hanya 10 hari untuk mempelajari berbagai dokumen),




               96     Konstitusionalisme Agraria
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132