Page 186 - Konstitusionalisme Agraria
P. 186

pihak pemerintah maupun DPR. Hal ini dapat dilihat dari tidak
            terwujudnya satu undang-undangpun sebagaimana diamanatkan
            dalam TAP MPR tersebut. Politik hukum pemerintahan pasca
            lahirnya TAP MPR pada tahun 2001 itu belum memberi dukungan
            yang nyata terhadap ide pembaruan hukum agraria yang integratif.
                 Di kalangan aktivis agraria berkembang debat yang berpusat
            pada pertanyaan, apakah ketetapan MPR tersebut bermanfaat
            atau berbahaya bagi kemajuan gerakan sosial pedesaan (Rachman,
            2012:95). Para pemimpin KPA memandang bahwa TAP MPR
            dapat digunakan sebagai alat mendorong pemerintah untuk
            memprogramkan land reform. Sementara itu, para aktivis yang
            berada di dalam dan seputar Federasi Serikat Petani Indonesia
            (FSPI) memandang keputusan tersebut sebagai keputusan yang
            berbahaya, pintu masuk potensial untuk agenda neoliberal dan
            imperialis melalui “Prinsip-prinsip baru pengelolaan sumber daya
            alam,” dengan implikasi berpotensi membatalkan UUPA yang saat
            itu merupakan satu-satunya dasar untuk menjalankan land reform.
                 Pada pihak lain, aktivis dan pakar lingkungan yang mengusung
            “Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan” memanfaatkan TAP
            MPR tersebut untuk menggalang kekuatan secara intensif bersama
            dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Perencanaan
            Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk mempersiapkan RUU
            Pengelolaan Sumber Daya Alam yang disulkan menjadi “Payung
            hukum” bagi semua perundang-undangan yang mengatur sumber
            daya alam, termasuk UUPA 1960 (Rachman, 2012:96-7). Namun
            upaya itu kandas ketika Departemen Kehutanan dan Departemen
            Pertambangan dan Energi enggan terlibat dan akhirnya memblokir
            inisiatif tersebut.


            Intervensi Lembaga Internasional dalam Pembaruan Hukum

            Perubahan rezim-rezim politik dari rezim otoritarian ke demokrasi
            tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara dunia
            menjelang pergantian abad 20 ke abad 21. Gelombang perubahan
            yang terjadi ini tidak terjadi begitu saja, melainkan dimanfaatkan



                    Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan     155
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191