Page 255 - Konstitusionalisme Agraria
P. 255

masih dalam tahap studi kelayakan dan eksplorasi. Dengan kata lain,
            perusahaan yang memperoleh izin untuk melakukan penambangan
            terbuka di atas kawasan hutan lindung tetap tunduk kepada aturan
            yang terdapat di dalam UU No. 1 Tahun 1999 tentang Kehutanan.



            Pengawasan yang kuat

            Mahkamah  Konstitusi  menekankan perlunya pemerintah
            memperkuat fungsi pengawasan (toezichthoudensdaad) terhadap
            beroperasinya pertambangan di dalam kawasan hutan lindung.
            Pemerintah harus melakukan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan
            dengan melihat dari sisi biaya dan manfaat (cost and benefit) yang
            diberikan kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan melakukan
            perubahan syarat-syarat kontrak karya untuk mengantisipasi dampak
            negatif kegiatan penambangan terhadap lingkungan hidup yang
            disertai dengan kewajiban untuk merehabilitasi atau memperkecil
            dampak negatif demi kepentingan generasi sekarang maupun
            generasi mendatang. Pemantauan, evaluasi, dan pengawasan
            harus bermuara pada keberanian melakukan penindakan berupa
            pencabutan izin penambangan jikalau terjadi pelanggaran syarat-
            syarat izin penambangan yang ditentukan. Pengawasan merupakan
            suatu konsekuensi dari pemberian izin kepada perusahaan di bidang
            pemanfaatan tanah dan sumber daya alam lainnya. Pemberian izin
            tanpa diikuti dengan pengawasan yang kuat membuat penguasaan
            negara atas tanah dan sumber daya alam lainnya menjadi melemah
            dan semakin sulit untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat.



            4.   PUU Sumber Daya Air: Komersialisasi air
                 Pengujian UU Sumber Daya Air (UU No. 7 Tahun 2004) dapat
            disebut sebagai pengujian undang-undang yang paling banyak
            pemohonnya sepanjang Mahkamah Konstitusi berdiri. Pengujian
            undang-undang tersebut diajukan oleh lima kelompok pemohon
            antara lain: Munarman, S.H., dkk sebanyak 53 WNI (Pemohon I),
            Longgena Ginting, dkk, sebanyak 16 WNI (Pemohon II), Zumrotun,
            dkk sebanyak 868 WNI (Pemohon III), Suta Widhya (Pemohon IV),

               224     Konstitusionalisme Agraria
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260