Page 316 - Konstitusionalisme Agraria
P. 316

25.  PUU Minerba V: Penentuan WP, WUP dan batas luas
                 WIUP dalam UU Minerba
                 H. Isran Noor M.Si, Bupati Kutai Timur mengajukan pengujian
            UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
            dengan registrasi perkara No. 10/PUU-X/2012. Pada intinya
            permohonan itu menyangkut tiga hal yakni, (a) Penetapan WP dan
            WUP menurut UU No. 4 Tahun 2009 yang tidak mengikuti batas
            administrasi pemerintahan yang menurut Pemohon harus mengikuti
            batas administrasi pemerintahan; (b) Kewenangan penetapan WP,
            WUP dan batas serta luas wilayah WIUP oleh Pemerintah yang
            menurut Pemohon harus ditetapkan lebih dahulu oleh Pemerintah
            Daerah; dan (c) Kewajiban bagi pemegang Kontrak Karya (KK) dan
            Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
            menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah kontrak/
            perjanjian sampai dengan jangka waktu berakhirnya kontrak/
            perjanjian untuk mendapatkan persetujuan Pemerintah. Mahkamah
            Konstitusi, dalam putusannya yang dibacakan pada 22 November 2012
            itu  mengabulkan sebagian permohonan itu dengan memperkuat
            peranan pemerintah daerah dalam bidang pertambangan mineral
            dan batubara.



            Peranan pemerintah daerah dalam menentukan WP, WUP
            serta batas dan luas WIUP
            Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa urusan pemerintahan
            dalam  menetapkan WP, WUP dan  batas serta  luas WIUP
            bukanlah termasuk urusan pemerintahan yang mutlak menjadi
            urusan pemerintah pusat dalam rangka menjamin kedaulatan
            negara kesatuan Republik Indonesia, tetapi merupakan urusan
            pemerintahan yang bersifat fakultatif yang sangat tergantung
            pada situasi, kondisi dan kebutuhan efektifitas penyelenggaraan
            pemerintahan. Menurut Mahkamah Konstitusi untuk menentukan
            pembagian urusan pemerintahan yang bersifat fakultatif haruslah
            berdasarkan pada semangat konstitusi yang memberikan otonomi
            seluas-luasnya kepada pemerintah daerah. Oleh karena itu,


                                      Konstitusi Agraria dan Mahkamah Konstitusi     285
   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320   321