Page 318 - Konstitusionalisme Agraria
P. 318

Sementara itu, berkaitan dengan frasa “untuk mendapatkan
            persetujuan pemerintah” dalam Pasal 171 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009,
            Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa hal itu sudah tepat karena
            hal itu diatur dalam Bab XXV Ketentuan Peralihan yang merupakan
            tindak lanjut dari ketentuan Pasal 169 yang mengatur tentang KK
            dan PKP2B yang telah ada sebelum berlakunya UU Minerba dan
            masih tetap berlaku sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/
            perjanjian. Pengaturan mengenai KK dan PKP2B tersebut sudah
            seharusnya mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat dan
            dilakukan secara transparan, partisipatif, bertanggung jawab, terpadu
            dengan tetap memperhatikan pendapat dari instansi Pemerintah
            terkait, masyarakat, serta dengan mempertimbangkan aspek ekologi,
            ekonomi, dan sosial budaya, serta berwawasan lingkungan. Selain
            itu, adanya persetujuan dari Pemerintah Pusat dalam hal KK dan
            PKP2B tersebut bertujuan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi
            tumpah tindih yang menimbulkan adanya ketidakpastian hukum bagi
            perusahaan pertambangan maupun masyarakat. Aturan peralihan
            tersebut menjadi sangat penting dalam rangka penyesuaian dan untuk
            menjamin kepastian hukum.



            26.  PUU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
                 Kepentingan Umum

                 Indonesian Human Rights Committee For Social Justice (IHCS)
            dkk. mengajukan permohonan terhadap UU No. 2 Tahun 2012
            tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
            Umum yang diregistrasi di Mahkamah Konstitusi dengan perkara
            No. 50/PUU-X/2012. Permohonan ini pada intinya menyangkut
            beberapa hal berikut: (a) Pengadaan tanah yang semestinya bersifat
            sukarela diubah menjadi suatu kewajiban warga negara. Sehingga
            diabaikannya prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat, karena
            ketidakmufakatan masyarakat tetap dipaksakan dengan keputusan
            gubernur dan pengadilan; (b) Bahwa jalan tol yang tercantum
            dalam Pasal 10 huruf b UU No. 2 Tahun 2012 tidak termasuk
            kegiatan untuk kepentingan umum, karena tidak setiap orang dapat



                                      Konstitusi Agraria dan Mahkamah Konstitusi     287
   313   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323