Page 320 - Konstitusionalisme Agraria
P. 320

Jalan tol sebagai kepentingan umum
            Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa pembangunan jalan
            tol merupakan salah satu jenis dari kepentingan umum sebab
            pembangunannya dilakukan demi kelancaran pengangkutan orang,
            barang, dan jasa yang menjadi hajat hidup orang banyak. Sehingga
            meskipun seperti didalilkan oleh para Pemohon tidak dapat diakses
            secara leluasa oleh rakyat miskin, akan tetapi dengan adanya jalan tol
            tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung akan dirasakan
            manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.
            Demikian pula pelabuhan, untuk daerah-daerah tertentu, distribusi
            sembilan bahan pokok (sembako) hanya mungkin lewat pelabuhan.
            Meskipun tidak semua orang mempergunakannya, akan tetapi
            masyarakat merasakan manfaatnya. Dengan argumentasi ini, maka
            yang dimaksud dengan kepentingan umum bukan saja fasilitas yang
            langsung dapat dinikmati oleh masyarakat, melainkan termasuk pula
            fasilitas-fasilitas yang secara tidak langsung memberikan manfaat
            bagi banyak orang.


            Lebih memberikan perlindungan hukum

            Dalam putusannya Mahkamah Konstitusi berpendapat bawha
            UU Penadaan Tanah untuk Pelaksanaan Pembangunan Demi
            Kepentingan Umum lebih baik sebab berbeda dengan proses
            pembebasan tanah untuk kepentingan umum sebelumnya. Menurut
            Mahkamah Konstitusi, ketentuan dalam undang-undang itu telah
            memberikan perlindungan hukum yang memadai dengan membuka
            kesempatan kepada pihak-pihak, baik kepada pemilik tanah maupun
            kepada pihak yang terkena dampak yang merasa dirugikan untuk
            mengajukan keberatan bahkan sampai ke Mahkamah Agung.
                 Bahkan dalam undang-undang itu diatur tentang konsultasi
            publik ulang yang dimaksudkan untuk mencapai mufakat. Apabila
            tidak dicapai mufakat, artinya masih ada pihak yang keberatan, maka
            instansi yang memerlukan tanah melaporkan kepada gubernur.
            Bahkan gubernur pun setelah mendapat laporan dari instansi yang
            memerlukan tanah, tidak serta merta mengambil sikap untuk


                                      Konstitusi Agraria dan Mahkamah Konstitusi     289
   315   316   317   318   319   320   321   322   323   324   325