Page 362 - Konstitusionalisme Agraria
P. 362

tradisi hukum anglo-saxon seperti di Amerika dan India dimana
            pengadilan memainkan peranan penting dalam pembentukan
            hukum. Black’s law Dictionary mendefinisikan judicial activism
            sebagai “Philosophy of judicial decision-making whereby judges allow
            their personal views about public policy, among other factors, to guide
            their decisions.” (terj: falsafah pengambilan keputusan peradilan
            dimana hakim mengikuti pandangan pribadinya tentang kebijakan
            publik, di antara faktor-faktor lain, untuk memandu keputusannya).
            Judicial activism sering dibedakan dengan judicial renstrain yang
            membatasi pengaruh-pengaruh personal hakim serta alasan-alasan
            di luar undang-undang dalam memutuskan suatu perkara.
                 David Strauss dalam bukunya The Living Constitution (2010)
            menyampaikan bahwa judicial activism secara sempit bisa diartikan
            sebagai salah satu dari tiga aktivitas berikut: (a) menyatakan suatu
            undang-undang bertentangan dengan konstitusi; (b) menghadirkan
            suatu yang baru dari preseden yang sudah diterima secara umum; dan
            (c) memberikan suatu preferensi terhadap norma di dalam konstitusi
            (Strauss, 2010:52). Bahkan Strauss menyatakan bahwa judicial
            activism merupakan salah satu elemen terpenting dalam tradisi
            hukum progresif di Amerika yang merayakan pendekatan common
            law dengan penafsiran konstitusi yang mempromosikan secara
            terbuka bahwa konstitusi dapat diubah melalui putusan pengadilan.
                 Aktivisme yudisial tidak saja berkembang pada negara yang
            menganut tradisi hukum anglo-saxon, tetapi juga menjalar pada
            negara-negara yang mengikuti tradisi hukum civil law seperti
            Indonesia. Terdapat pro kontra terhadap aktivisme yudisial. Hingga
            akhir 1990-an telah terfragmentasi tiga arus kelompok utama
            berkaitan dengan ini, yaitu: Pertama, kelompok yang berusaha
            membatasi ruang gerak yudisial (judicial restraint); Kedua, kelompok
            yang memandang aktivisme yudisial sebagai sebuah keharusan dari
            pengadilan yang merdeka dan independen; dan Ketiga, kelompok
            moderat yang berkehendak agar aktivisme yudisial hanya terbatas
            untuk kasus-kasus selektif dan ekslusif, khususnya yang menyangkut
            perlindungan terhadap kaum lemah atau minoritas (Faiz, 2009).




                                      Konstitusi Agraria dan Mahkamah Konstitusi     331
   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366   367