Page 78 - Konstitusionalisme Agraria
P. 78

sebab Orde Baru sendiri mengingkari semangat Pasal 33 UUD
            1945 dan juga mengingkari semangat keadilan sosial yang
            terdapat di dalam UUPA. Sementara itu kelompok neoliberal
            menyebutkan bahwa kuatnya intervensi dan sentralisasi gaya Orde
            Baru telah menghasilkan inefisiensi dalam pembangunan dan
            memunculkan konglomerasi ekonomi. Hal ini menurut kelompok
            ekonom neoliberal adalah karena Pasal 33 UUD 1945 menganut
            asas kekeluargaan sebagai asas perekonomian, sehingga tidak
            mendatangkan persaingan sehat dalam ekonomi dan tentu saja
            pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
                 Sri Adiningsih atas nama Tim Ahli bidang Ekonomi yang
            bertugas membantu Badan Pekerja MPR untuk menyiapkan naskah
            amandemen konstitusi dalam rapat pada 23 Mei 2001 menyampaikan
            usulan tim atas perubahan Pasal 33 UUD 1945. Rumusan tersebut
            dibantu pembuatannya oleh Syahrir, Sri Mulyani, Bambang Sudibyo,
            Didiek. J. Rachbini, tetapi hasilnya ditentang oleh Mubyarto yang
            pada saat itu menjadi ketua Tim Ahli bidang Ekonomi (Asshiddiqie,
            2010:252-3).
                 Perseteruan dua kelompok tersebut dalam proses amandemen
            UUD 1945 hampir mengalami kebuntuan karena kedua kubu
            bersikukuh pada pandangannya masing-masing. Kelompok
            pragmatis berupaya mengganti Pasal 33 UUD 1945, yang merupakan
            pasal jantung konstitusi ekonomi Indonesia dan sekaligus konstitusi
            agraria Indonesia, dengan nilai-nilai neoliberal untuk memudahkan
            integrasi perekonomian Indonesia dengan perekonomian global.
            Sedangkan kelompok idealis berupaya mempertahankan Pasal 33
            UUD 1945 yang merupakan rumusan fundamental ekonomi dan
            kebijakan agrarian tertinggi yang ditelurkan oleh founding father
            yang juga merupakan Bapak Koperasi Indonesia, Mohammad Hatta.
                 Perseteruan sengit kedua kubu inilah yang akhirnya membuat
            Mubyarto mengundurkan diri dari Ketua Tim Ahli Ekonomi dalam
            proses pembahasan amandemen konstitusi setelah menyampaikan
            laporan kajian tim ahli kepada Badan Pekerja MPR. Alasannya karena
            pandangan yang diusungnya kalah dalam pengambilan keputusan
            yang demokratis dan karena jumlah ekonom yang berpandangan


                                                 Wacana Konstitusi Agraria     47
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83