Page 152 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 152

PT Aneka Tambang dan PT Mitra Niagatama Cemerlang (PT
            MNC). Di antara investor-investor tersebut, perusahaan yang
            mendapatkan izin dari pemerintah kabupaten adalah PT MNC.
                 Penambangan pasir besi yang akan dilakukan di Kecamatan
            Mirit memunculkan konlik ekologi politik di wilayah Urutsewu.

            Konlik yang muncul berkaitan erat dengan sumber daya alam
            berupa tanah dan pasir besi yang terkandung di Urutsewu. Di Urutsewu,
            tanah adalah sumber daya yang sangat penting. Warga, baik laki-laki
            maupun perempuan, mengolah tanah tersebut sehingga menjadi
            lahan pertanian yang subur. Dari sinilah warga mendapat penghasilan
            dan menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Oleh karena itu,
            masyarakat Urutsewu melihat tanah sebagai sumber daya alam
            yang harus dipertahankan untuk keturunan mereka. Menurut
            Alao (2007), tanah sering dilihat sebagai sumber daya alam yang
            harus dipertahankan untuk generasi mendatang. Maka tidak
            mengherankan jika terjadi konlik untuk memperebutkan sumber
            daya ini.
                 Konflik menyangkut tanah muncul ketika kebutuhan
            masyarakat akan tanah di Urutsewu sebagai lahan pertanian
            bertentangan dengan kebutuhan tanah oleh TNI AD sebagai
            area latihan dan uji coba senjata. Penyebab konlik bukan sebatas
            pada pemanfaatan lahan Urutsewu, melainkan lebih pada
            persoalan status tanah. Persoalan ini menyangkut ketidakjelasan
            status kepemilikan tanah di zona bera sengaja (tanah yang
            sengaja dibiarkan tidak produktif) di sepanjang Kecamatan
            Buluspesantren, Ambal, sampai Mirit sehingga menyebabkan
            saling klaim antara masyarakat dan TNI AD.
                 Konlik semakin memanas saat keadaan tanah yang subur
            dan mengandung mineral seperti pasir besi dan titanium menarik
            pihak-pihak yang berkepentingan untuk menguasainya. Seperti
            yang dikatakan oleh Alao (2007: 112):



                                            Analisis Konflik Ekologi Politik     127
   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156   157