Page 36 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 36

hal yang saling berhubungan. Pertama, ketersediaan secara
            kuantitas dan kualitas. Hal ini fokus pada tingkat dan kualitas
            sumber daya alam serta permintaan yang seharusnya dipenuhi.
            Sebagian besar konlik terjadi karena kelangkaan sumber daya

            alam. Kedua, perpolitikan, pengelolaan, dan pengendalian yang
            berhubungan dengan bagaimana sumber daya alam dikelola oleh
            negara dan beberapa masalah lain yang menyebabkan konlik.
            Ketiga, kompleksitas proses ekstraksi yang merupakan metode
            di mana sumber daya alam diperlakukan untuk kepentingan
            manusia. Konsekuensi dari kegiatan ekstraksi telah mendapatkan
            perhatian dari ornop lokal dan internasional.
                 Alao (2007) menjelaskan bahwa sumber daya alam dapat
            dikaitkan dengan perluasan konlik dengan melihat kasus di Afrika.

            Yakni dengan, pertama, menyediakan pendapatan yang bersumber
            dari pengelolaan sumber daya alam untuk mempertahankan
            konflik. Kedua, keganasan perang untuk menguasai sumber
            daya alam di suatu wilayah telah mengakibatkan peningkatan
            jumlah korban. Ketiga, tidak ada kompromi untuk langkah
            perdamaian ketika pihak yang bertarung bersikukuh untuk
            mengontrol sumber daya alam. Keempat, adanya peningkatan
            jumlah pemangku kepentingan lokal. Pemangku kepentingan
            lokal muncul ketika terjadi konlik sumber daya alam dengan
            tujuan untuk memaksimalkan kepentingan mereka atas
            sumber daya alam di wilayah tersebut. Kemunculan pemangku
            kepentingan lokal bisa semakin memperumit konlik sumber
            daya alam. Kelima, kekayaan sumber alam di daerah konlik turut
            mengundang kepentingan dan intervensi eksternal, terutama
            dari negara-negara tetangga, tentara bayaran, dan pelaku bisnis
            internasional (khususnya perusahaan-perusahaan multinasional).







                                                       Pendahuluan     11
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41