Page 39 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 39
tanah yang tersedia untuk pertanian dan kebutuhan domestik
lain. Sementara itu, kelangkaan buatan tercipta ketika ada
migrasi, akuisisi tanah, kelebihan orang, atau berkurangnya tanah
untuk pertanian dan permukiman. Terkadang, kelangkaan tanah
buatan disebabkan oleh elite politik yang ingin menguasai tanah
untuk kepentingan pribadi. Elite menggunakan konstitusi untuk
mendapatkan tanah dari masyarakat lokal.
Berkurangnya akses atas tanah merupakan hubungan
sebab-akibat dari penguasaan tanah yang dilakukan oleh
seseorang/kelompok. Dalam struktur penguasaan tanah, ada
ketimpangan relasi kuasa yang melibatkan aspek kekuasaan
(politik), kesejahteraan (ekonomi), dan hierarki (sosial) (Wiradi
2009: xxxi). Tanah yang menjadi kebutuhan vital bagi setiap orang
menjadi objek bagi penetrasi modal untuk ekonomi industri.
Tanah yang pada awalnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian
kemudian menjadi area perkebunan skala besar, pertambangan
mineral, maupun infrastruktur. Di Nepal, eksklusi (penyingkiran)
terjadi ketika petani kecil yang tidak memiliki bukti dokumentasi
kepemilikan dipersulit untuk mendapatkan sertifikat tanah.
Sementara itu, pejabat lokal dan politisi bersekongkol dengan
tuan tanah atau mereka sendiri yang menjadi tuan tanah sehingga
mendorong tindakan korupsi (Wickeri 2011).
Menurut Alao (2007), tanah yang di dalamnya terkandung
sumber daya mineral sering kali diperebutkan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan sehingga terwujud konlik. Sumber daya
mineral menarik kelompok kepentingan, militer, pengusaha
internasional, elite politik, kelompok kriminal, masyarakat sipil
lokal dan internasional, serta perusahaan multinasional untuk
mendapatkan keuntungan. Sumber daya mineral berhubungan
dengan penyebab konlik dalam tiga hal. Pertama, ketika tanah
mengandung mineral, banyak komunitas, kelompok etnik, atau
14 Konflik Agraria di Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik