Page 156 - Biografi Managam Manurung
P. 156
Managam Manurung: Sestama BPN RI ... 141
Saya mengenal Pak Sestama sejak awal, yakni sejak saya
diangkat tahun 1981. Kami saling mengenal, tetapi sebagai kawan
saja, tidak seperti sekarang. Dalam menyampaikan pendapat ya
leluasa saja, tidak ada dikondisikan. Sebagai teman kita saling
mengisi, misalnya saya punya pendapat, kalau memang bagus ya
beliau setuju. Kalau beliau punya pendapat, ya kami setuju. Misal-
nya, beliau ingin bagaimana menyederhanakan proses mutasi. Saya
pun senang, sebab mengapa harus ruwet-ruwet kalau bisa diseder-
hanakan. Misalnya lagi, sekarang ada teman-teman yang terlempar
jauh-jauh ke Sumatera, Sulawesi, sampai sudah ada 6 atau 7 tahun.
Untuk itu, kami ada program untuk mengembalikan teman-teman
BPN ini ke “pangkuan istri”, He...he..... Bagaimana suami-istri itu
agar bisa didekatkan. Memang, belum bisa semua, masih ada yang
tercecer. Kalau ada kesempatan kami pulangkan, karena dekat dengan
keluarga itu adalah sesuatu yang penting. Oleh karena itulah, kalau
ada yang ketemu Pak Sestama sampai cium-cium tangan, saking
senangnya.
Setiap menghadapi persoalan, Pak Sestama selalu mengambil
keputusan. Karena, pemimpin itu harus berani mengambil kepu-
tusan. Itu, esensial bagi pemimpin. Kita membaca atau menonton
atau melihat, ada kan pemimpin yang tidak berani mengambil
keputusan? Memang keputusan itu berisiko, tidak ada keputusan
yg tidak berisiko. Bagi yang diuntungkan pasti senang, tetapi yang
tidak diuntungkan tidak senang. Pak Sestama juga mengingatkan
saya bahwa kalau ada hal-hal yang mendesak, setiap saat saya bisa
bertemu beliau. Yang menyenangkan lagi, kalau ada kekeliruan, atau
ada sesuatu yang kurang dalam rapat yang lebih tinggi, beliau lang-
sung ambil alih. Misalnya, di rapat Eselon 1, saya ada sesuatu yang
kelupaan. Beliau langsung bilang, “ooh, nggak apa-apa, nanti di-
siapin saja”. Dalam situasi yang demikian, kan ada atasan yang