Page 45 - Biografi Managam Manurung
P. 45

30    Oloan Sitorus, Dwi Wulan P., Widhiana HP.















                               Gb. 8. Desa Ambarita
                          Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013

               Di Ambarita-lah, masa remaja Managam kecil bermula. Jarak
           Motung dan Ambarita memang tidak terlalu jauh. Managam
           kecil hanya perlu menyeberang danau toba yang ketika itu bisa
           dilakukan dengan menumpang solu-solu. Solu-solu ini tentu saja
           berbeda dengan kapal ferry yang menjadi sarana transportasi
           penyeberangan  di Samosir. Solu-solu  yang ada  ketika  jaman
           Managam masih kecil hanyalah berupa perahu motor kecil yang
           baru bisa dikemudikan ketika ombak tidak terlalu tinggi. Meski-
           pun ada solu-solu, Managam kecil tidak bisa kembali ke Motung
           setiap hari. Hal ini dikarenakan jadwal penyeberangan perahu
           kecil yang sangat terbatas dan hanya ada satu kali dalam sehari.
           Di Ambarita inilah, Managam kecil diberikan tanggung jawab
           baru, menjaga oppung sekaligus melanjutkan pendidikannya.
               Managam kecil memang tidak bisa terus bertahan di
           Motung. Semangatnya  untuk terus  belajar, mengharuskannya
           turun gunung karena di Motung tidak tersedia SMP. Di Ambarita
           inilah nanti Managam kecil menjaga neneknya, Clementina Boru
           Aritonang, yang harus tinggal sendirian di rumah karena tulang-
           nya (pamannya) pergi merantau. Dalam kekerabatan Orang Batak
           nenek dari ibu disebut sebagai Ompung-Bao. Ompung Bao dari
           Managam kecil inilah yang secara mendalam membentuk kepri-
           badian  Managam  kecil menjadi orang yang takut  akan  Tuhan
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50